Hidayatullah.com—Inggris mengalami resesi setelah terjadi penurunan 20,4% gross domestic product (GDP) selama lockdown yang diberlakukan untuk meredam penyebaran Covid-19, kata Office for National Statistics.
Mempublikasikan laporannya hari Rabu (13/8/2020), badan pusat statistik Inggris itu mengatakan penurunan tajam terlihat pada kwartal kedua tahun ini mulai April hingga Juni, di masa Inggris ketat memberlakukan kebijakan tinggal di rumah agar coronavirus tidak semakin menyebar.
Angka itu dapat dibandingkan dengan GDP yang melorot 2,2% di kwartal pertama dari Januari sampai Maret.
Pada bulan Juni tampak kenaikan 8,7% saat pemerintah melonggarkan aturan lockdown dan fokus memulihkan roda perekonomian. Namun, itu masih rendah 17,2% dibanding GDP pada bulan Februari.
Pakar statistik Jonathan Athow mengatakan “pantulan balik” di bulan Juni bisa jadi disebabkan pembukaan kembali industri ketika pandemi coronavirus sudah dapat dikendalikan.
“Perekonomian bergeliat kembali pada bulan Juni ketika pertokoan dibuka kembali, pabrik-pabrik kembali berproduksi dan sektor pembangunan rumah pulih,” kata Athow seperti dilansir Euronews.
Pemerintah Inggris berharap tren pemulihan itu akan tampak dalam aktivitas bulan Juli setelah sektor hotel dan restoran beroperasi kembali dan pusat-pusat kebugaran boleh menerima pelanggan.
Data hari Rabu itu dirilis sehari setelah ONS melaporkan 220.000 pekerjaan hilang pada kwartal kedua.
Sejak bulan Maret, sekitar 730.000 orang dicoret dari daftar gaji, yang kebanyakan adalah pekerja muda dan tua serta pekerja berketrampilan rendah.*