Hidayatullah.com–Beberapa negara dan institusi Muslim pada Rabu mengecam keputusan mingguan satir Prancis Charlie Hebdo untuk mencetak ulang karikatur Nabi Muhammad, dengan Turki mengutuk deklarasi dukungan dari Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap pencetakan ulang sebagai tindakan yang “tidak dapat diterima” seperti yang dilaporkan Al Araby (03/09/2020).
Charlie Hebdo, target pembantaian tahun 2015 oleh orang-orang bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS, menandai dimulainya persidangan 14 tersangka dalam serangan itu dengan menerbitkan ulang kartun yang awalnya ditayangkan pada tahun 2006 yang memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim.
Turki, negara yang didominasi Muslim tetapi secara resmi sekuler, bersama Pakistan secara resmi mengutuk republikasi karikatur tersebut, dan mengkritik Macron karena membela “kebebasan untuk menghujat” majalah tersebut. “Kami mengutuk keras keputusan majalah Charlie Hebdo untuk menerbitkan kembali karikatur yang tidak menghormati agama kami dan nabi kami,” kata kementerian luar negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
“Upaya otoritas Prancis, terutama Presiden Macron, untuk menjelaskan hal ini dalam konteks kebebasan berekspresi, tidak dapat diterima,” kata kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa kartun tersebut “menarget pada nilai-nilai sakral kami”.
Sementara itu, otoritas Muslim tertinggi Mesir, Al-Azhar, mengatakan: “Desakan tindakan kriminal untuk menerbitkan ulang kartun ofensif ini semakin meningkatkan ujaran kebencian dan membakar emosi para penganut agama yang setia.”
Al-Azhar, yang juga dianggap sebagai lembaga keagamaan terpenting bagi Muslim Sunni, mengatakan keputusan kontroversial untuk mencetak ulang karikatur itu adalah “provokasi yang tidak dapat dibenarkan terhadap emosi hampir dua miliar Muslim di seluruh dunia”. Kecaman Turki terhadap Macron menambah daftar panjang ketidaksepakatan antara Ankara dan Paris, yang berada di sisi berlawanan dari konflik di Libya dan perselisihan mengenai hak maritim di Mediterania timur.
Dua belas orang, termasuk beberapa kartunis paling terkenal di Prancis, tewas dalam serangan Charlie Hebdo, yang terjadi selama tiga hari pembunuhan besar-besaran di daerah Paris yang merenggut 17 nyawa. Empat belas orang yang dituduh membantu para penyerang bersenjata menyerbu kantor malaha mingguan satir Prancis Charlie Hebdo dan sebuah supermarket Yahudi diadili Rabu, di bawah pengamanan ketat.*