Hidayatullah.com—Badan intelijen ‘Israel’, Mossad, melakukan “komunikasi yang intens dan sangat dekat” dengan para pejabat Bahrain. Hal itu dalam rangka untuk menormalisasi hubungan dengan target akhir bulan ini, menurut sebuah laporan pada hari Ahad (06/09/2020).
Kepala Mossad Yossi Cohen mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Bahrain Khalifa bin Salman al-Khalifa tiga pekan lalu, menurut laporan oleh saluran tv ‘Israel’ Channel 12.
Koresponden militer saluran tersebut, Nir Dafouri, mengisyaratkan bahwa pemerintah Zionis dapat membujuk warga Bahrain dengan kesepakatan senjata sebagai imbalan untuk normalisasi.
Sumber-sumber ‘Israel’ menyarankan bahwa normalisasi dengan Bahrain akan diumumkan segera setelah ‘Israel’ dan UEA menandatangani deklarasi resmi aliansi mereka di Washington, yang dijadwalkan berlangsung minggu depan.
Mereka mengatakan normalisasi mungkin terjadi paling cepat akhir September.
Saluran tersebut juga melaporkan bahwa pejabat AS juga menengahi kesepakatan antara negara Yahudi dan Bahrain. Penasihat senior Gedung Putih dan menantu Donald Trump, Jared Kushner, bertemu dengan raja Bahrain dan putra mahkotanya minggu lalu.
Pada hari Kamis (03/09/2020), Bahrain mengizinkan penerbangan ‘Israel’ ke-dan-dari UEA untuk menggunakan wilayah udaranya, satu hari setelah Arab Saudi menyetujui permintaan serupa oleh Emirat.
Di Manama, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al-Khalifa meyakinkan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, tentang komitmen negaranya pada Prakarsa Perdamaian Arab tahun 2002, yang menuntut pembentukan negara Palestina sebagai imbalan untuk menormalisasi hubungan dengan penjajah ‘Israel’.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bulan lalu bahwa UEA telah menormalisasi hubungan dengan ‘Israel’, menjadikannya negara Arab ketiga yang melakukannya.
Kontak antara Bahrain – negara Teluk pertama yang menyambut kesepakatan UEA-‘Israel’ – dan ‘Israel’ dimulai pada tahun 1990-an.
Bahrain, seperti kebanyakan negara Teluk lainnya dan juga ‘Israel’, menganggap Iran sebagai musuh bersama. Manama menuduh Iran memicu protes oleh mayoritas Syiah di negara itu terhadap dinasti Sunni Al-Khalifa yang berkuasa.
Keputusan UEA untuk menormalisasi hubungan dengan negara Yahudi telah disambut oleh beberapa negara Arab. Meskipun beberapa negara telah menolak gagasan tersebut dan banyak juga yang mendekatinya dengan hati-hati.
Palestina telah mengutuk kesepakatan UEA sebagai “tikaman dari belakang dan pengkhianatan atas perjuangan rakyat Palestina”.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang melakukan kunjungan ke Timur Tengah bulan lalu, menyatakan optimisme bahwa lebih banyak negara Arab akan mengikuti langkah UEA menuju normalisasi.