Hidayatullah.com—Jenderal Khalifa Haftar mengatakan siap untuk mencabut sementara blokade yang dilakukan pasukannya terhadap fasilitas-fasilitas produksi minyak negara Libya.
Pemerintahan tandingan yang mendukungnya di bagian timur Libya awal pekan ini telah menyatakan pengunduran diri menyusul aksi protes berminggu-minggu di Benghazi dan kota-kota lain karena kondisi kehidupan rakyat yang semakin memburuk dan korupsi.
Jenderal Haftar mengatakan pengumuman hari Jumat (18/9/2020) tentang pencabutan blokade minyak tersebut menyusul kesepakatan dengan pemerintah Libya dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berpusat di Tripoli yang mana di dalamnya dinyatakan bahwa hasil pendapatan dari minyak akan dibagikan secara adil, lansir BBC.
Seorang menteri di pemerintahan Tripoli mengatakan sebuah komite akan dibentuk untuk mengawasi pembagian hasil pendapatan minyak.
Namun, pihak perusahaan minyak milik negara mengatakan tidak akan melanjutkan operasional mereka sampai pasukan Jenderal Haftar angkat kaki dari fasilitas-fasilitas produksi mereka.
Blokade oleh pasukan Haftar, yang dilakukan sejak bulan Januari, telah membuat perekonomian negara Libya kelaparan miliaran dolar yang sangat dibutuhkannya dari pendapatan ekspor.
Menurut laporan Reuters, sebelum blokade Libya memproduksi minyak sekitar 1,2 juta barel perhari, bandingkan dengan hanya 100.000 barel perhari selama blokade.*