Hidayatullah.com—Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Rabu (18/11/2020) mengatakan bahwa Eropa mencakup hampir setengah dari pertambahan 4 juta kasus Covid-19 dunia pekan lalu.
Dibanding benua lain, Eropa memiliki paling banyak kasus Covid-19 yaitu mencapai 46% dari total infeksi sedunia.
Meskipun demikian, dibanding pekan sebelumnya jumlah kasus Covid-19 di Eropa menurun 10%, yang menurut WHO disebabkan kebijakan yang lebih ketat yang diambil sejumlah negara di kawasan itu.
Sementara pertambahan kasus menurun, angka kematian justru naik sehingga total menjadi lebih dari 29.000, atau mencakup 49% kematian Covid-19 sedunia.
Kenaikan kasus infeksi coronavirus paling tajam terjadi di Austria, yang mengalami kenaikan 30% kasus baru dibanding pekan sebelumnya, lansir Euronews.
Negara di Eropa yang paling parah terpapar wabah ini adalah Belgia, yang memiliki angka kematian Covid-19 perkapita tertinggi di dunia yaitu 129 kematian per 100.000 penduduk.
Pakar virologi Steven Van Gucht, dari lembaga kesehatan pemerintah Sciensano, mengatakan rata-rata kematian harian di Belgia sekarang ini 185 orang atau turun 5% dibanding rata-rata sepekan sebelumnya.
Sementara itu di Swiss, rumah sakit mulai kewalahan karena jumlah pasien coronavirus yang harus dirawat di ruang ICU terus bertambah. Padahal di masa awal pandemi tidak banyak pasien yang harus menjalani perawatan intensif.
Swiss Society for Intensive Care Medicine mengatakan rumah sakit di Swiss sudah mencapai batas kapasitas reguler tempat tidur di ruangan ICU.
Hari Rabu (18/11/2020), semua 876 tempat tidur bersertifikasi ICU di Swiss terisi pasien.
Tidak hanya itu, dokter bahkan menyarankan kepada para pasien yang kondisinya kritis agar membuat surat wasiat, mengindikasikan bahwa mereka akan memerlukan perawatan penunjang kehidupan apabila kondisi kesehatannya memburuk.
Dokter bedah umum dari Angkatan Bersenjata Swiss, Andreas Stettbacher, mengatakan dilakukan penambahan 240 tempat tidur tidak bersertifikasi ICU bagi pasien coronavirus. Militer Swiss diminta turun tangan untuk membantu menangani wabah Covid-19 yang meluas di negara kecil kaya raya itu.
Negara di kawasan pegunungan Alpina itu saat ini tidak melakukan lockdown penuh dan infeksi coronavirus perkapita bulan ini sekitar dua kali lipat rata-rata Uni Eropa.*