Hidayatullah.com–Pihak saingan Libya memulai pertukaran tahanan yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pejabat PBB dan Libya mengatakan pada Sabtu (26/12/2020). Pertukaran tersebut merupakan bagian dari perjanjian gencatan senjata awal antara kelompok-kelompok Libya yang bertikai, lapor Daily Sabah.
Pertukaran kelompok pertama tahanan, yang diawasi oleh komite militer gabungan, terjadi pada Jum’at (25/12/2020) di desa barat daya al-Shwayrif, menurut Misi Dukungan PBB di Libya (UNSMIL). Libya terbagi antara Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung PBB di ibu kota, Tripoli, dan otoritas saingan yang berbasis di timur negara itu yang dipimpin oleh pemberontak Jenderal Khalifa Haftar.
Pada April 2019, Haftar dan pasukannya melancarkan serangan untuk mencoba merebut Tripoli, sebuah kampanye yang gagal setelah Turki meningkatkan dukungan militernya kepada pemerintah yang didukung PBB. Negara kaya minyak itu jatuh ke dalam kekacauan setelah pemberontakan yang didukung NATO tahun 2011 yang menggulingkan dan menewaskan diktator lama Moammar Qadhafi.
Kedua belah pihak menandatangani kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB pada bulan Oktober yang mencakup pertukaran semua tahanan perang.
UNSMIL mengumumkan pertukaran tahanan tanpa memberikan rincian berapa banyak tahanan yang dibebaskan di kedua sisi. Mereka meminta kedua belah pihak untuk mempercepat implementasi kesepakatan gencatan senjata, termasuk pertukaran semua tahanan.
Fathi Bashagha, menteri dalam negeri GNA, memuji pertukaran itu dalam sebuah ciutan, melampirkan foto para tahanan yang dibebaskan. Unit Perlindungan Tripoli, sebuah milisi yang bersekutu dengan pemerintah ibu kota, juga memposting video berdurasi 31 detik yang tampaknya menunjukkan pertukaran tahanan, menampilkan seorang pejabat yang membaca nama-nama mereka yang dibebaskan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Gencatan senjata termasuk bahwa semua pasukan asing dan tentara bayaran harus meninggalkan Libya dalam waktu tiga bulan, tetapi tidak ada kemajuan yang dilaporkan dua bulan setelah kesepakatan itu.*