Hidayatullah.com—Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, dunia telah membuang sekitar 931 juta ton makanan selama tahun 2019. Menurut laporan Indeks Limbah Makanan 2021, dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), dan organisasi mitra WRAP, mengatakan bahwa sekitar 931 juta ton limbah makanan dihasilkan pada 2019, enam puluh satu persen di antaranya berasal dari rumah tangga, 26 persen dari layanan makanan dan 13 persen dari ritel.
“Ini menunjukkan bahwa 17 persen dari total produksi pangan global mungkin terbuang percuma,” katanya. “Bobotnya kira-kira sama dengan 23 juta truk berbobot 40 ton – bemper-ke-bemper, cukup untuk mengelilingi bumi tujuh kali,” tambah badan PBB itu.
Menurut laporan itu, 40 juta ton limbah disumbang dari negara-negara Arab. UNEP mendaftarkan Mesir sebagai negara Arab tertinggi yang mencatat limbah makanan dengan 9 juta ton, diikuti oleh Iraq (4,73 juta ton) dan Sudan (4,16 juta ton). Juga tercantum negara-negara lainnya seperti ljazair (3,91 juta) ton), Arab Saudi (3,59 juta ton), Maroko (3,31 juta ton), Yaman (3,02 juta ton), Suriah (1,77 juta ton), Tunisia (1,06 juta ton).
Baca: Indeks Pangan Indonesia Buruk, HNW Siapkan RUU Bank Makanan
Yordania, Uni Emirat Arab, Lebanon, Libya, Palestina, Oman, Mauritania, Kuwait, Qatar, dan Bahrain masing-masing memiliki limbah makanan paling sedikit.
India, limbah makanan rumah tangga adalah 50 kg per kapita per tahun (Sekitar 68.760.163 ton per tahun). Limbah makanan rumah tangga di AS adalah 59 kg per kapita per tahun (Sebesar 19.359.951 ton per tahun), sementara China memperkirakan 64 kg per kapita per tahun (91.646.213 ton per tahun).
UNEP dan UK Charity WRAP, yang mempromosikan keberlanjutan, mengamati limbah makanan yang berasal dari gerai ritel, restoran, dan rumah. Limbah makanan yang diamati tersebut dilakukan dengan meninjau data pemerintah dan studi akademis di 54 negara dengan berbagai pendapatan.
Hasilnya, analisis bersama yang dipublikasikan dalam Food Waste Index Report 2021 menemukan bahwa 17 persen dari semua makanan yang diproduksi dibuang oleh konsumen. PBB juga menambahkan bahwa limbah makan yang dihasilkan juga sudah terjadi “sebelum produk mencapai konsumen akhir.”
Baca: Ulama dan Salaf Rela Mati untuk Hindari Makanan Haram
Sebagian besar limbah makanan ini atau sekitar 11 persen dari total makanan di dunia, menurut PBB berasal dari sampah rumah tangga. Sementara secara global, rata-rata orang membuang 121 kg makanan, dengan 74 kg di antaranya berasal dari rumah tangga. Laporan PBB tersebut juga menyebut jika limbah makanan bukan hanya masalah di negara-negara berpenghasilan tinggi. Buktinya rata-rata limbah makanan per kapita tahunan di rumah tangga, di negara penghasilan tinggi mencapai 79 kg. Sementara di negara berpenghasilan menengah ke bawah, laporan PBB menyebut rata-rata per kapita sampah makanan yang dihasilkan mencapai 91 kg.
Data PBB menunjukkan bahwa 690 juta orang tidur dalam keadaan lapar. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat tajam akibat pandemi virus corona saat ini. Sekitar 3 miliar orang diperkirakan pula tak mampu membeli makanan sehat. “Mengurangi limbah makanan sangat penting dan semua individu memiliki peran penting. Daripada berfokus pada rantai pasokan makanan, kita perlu menangani sampah makanan di dalam rumah dengan kampanye perubahan perilaku,” kata Richard Swannell dari WRAP.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa sumber sampah tidak hanya berasal dari pendapatan rumah tangga saja, tetapi sudah terjadi sebelum sampai ke konsumen akhir. Namun, dari 931 juta ton total limbah yang dilaporkan, hampir 570 juta ton terjadi di tingkat rumah tangga. UNEP berharap untuk mengurangi separuh limbah makanan dunia pada tahun 2030.*