Hidayatullah.com–Sekelompok ilmuwan internasional pada Rabu (07/04/2021) kembali lakukan penyelidikan tentang asal-usul virus corona yang menyebabkan pandemi COVID-19. Hal itu setelah studi gabungan Organisasi Kesehatan Dunia-China (WHO) tidak memberikan jawaban yang kredibel tentang dari mana virus itu berasal.
Studi bersama, yang dirilis minggu lalu, mengatakan rute penularan yang paling mungkin untuk SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, melibatkan kelelawar dan satwa liar lainnya. Itu semua kecuali mengesampingkan kemungkinan bocor dari laboratorium.
Dalam surat terbuka, 24 ilmuwan dan peneliti dari Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Jepang mengatakan studi itu tercemar oleh politik.
“Titik awal mereka adalah, mari kita berkompromi sebanyak yang diperlukan untuk mendapatkan kerja sama minimal dari China,” kata Jamie Metzl, rekan senior di wadah pemikir Dewan Atlantik, yang memimpin proses penyusunan surat itu.
Kesimpulan studi tersebut didasarkan pada penelitian China yang tidak dipublikasikan, sementara catatan kritis dan sampel biologis “tetap tidak dapat diakses”, kata surat itu.
Klaim oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanon Ghebreyesus bahwa China telah menyembunyikan data telah ditolak oleh Liang Wannian, pakar COVID-19 senior China. Liang juga tampaknya mengesampingkan penyelidikan bersama lebih lanjut di China.
Metzl mengatakan dunia mungkin harus “kembali ke Rencana B” dan melakukan penyelidikan asal COVID-19 tanpa keterlibatan China.
China telah menolak tuduhan bahwa SARS-CoV-2 bocor dari laboratorium penelitian di Wuhan, kota tempat COVID-19 pertama kali diidentifikasi.
Studi gabungan China-WHO mengatakan teori kebocoran laboratorium “sangat tidak mungkin”, mengatakan “tidak ada catatan” bahwa laboratorium mana pun telah menyimpan virus terkait SARS-CoV-2. Tedros mengatakan lebih banyak penelitian diperlukan untuk “mencapai kesimpulan yang lebih kuat”.
Tetapi Metzl mengatakan China harus mengungkapkan informasi yang akan memungkinkan hipotesis kebocoran laboratorium disangkal.
“China memiliki database tentang virus apa yang ditahan … ada catatan lab dari pekerjaan yang sedang dilakukan,” ujarnya.
Menanggapi surat itu pada hari Kamis, juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian mengatakan “tujuannya sudah terbukti dengan sendirinya” dan bahwa negara-negara seperti Amerika Serikat, bukan China, bersalah karena mempolitisasi penyelidikan tentang asal-usul COVID-19.
“Mereka bersikeras mempolitisasi masalah keterlacakan, merusak dan mengganggu kerja sama China dengan WHO, mendiskreditkan China dan secara terbuka menantang kemerdekaan dan kesimpulan ilmiah para ilmuwan,” pungkasnya.*