Hidayatullah.com—Perdana Menteri Nepal meminta bantuan mendesak vaksin Covid-19 kepada sejawatnya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, sebab negara di pegunungan Himalaya itu sedang mengalami gelombang kedua wabah coronavirus.
Berbicara kepada BBC, KP Sharma Oli mengatakan adalah tanggung jawab Inggris untuk membantu Nepal mengingat ikatan sejarah kedua negara.
“Tentara Gurkha sudah melayani Inggris bertahun-tahun lamanya, menempatkan nyawa mereka dalam bahaya,” kata Oli. “Orang-orang yang bertugas di Inggris punya keluarga di Nepal. Jadi ada hubungan yang sangat dalam.”
Nepal sejauh ini sudah menerima sejumlah bantuan internasional, termasuk
260 ventilator dan 2.000 PPE dari Inggris. Namun, PM Nepal itu mengatakan yang dibutuhkannya adalah vaksin. Sampai saat ini hanya kurang dari 3% dari 30 juta populasi Nepal yang sudah divaksinasi penuh.
Otoritas Nepal sudah memesan vaksin dari China, tetapi orang-orang tua yang sudah menerima suntikan dosis pertama AstraZeneca sekarang tidak dapat menerima suntikan kedua, karena pasokan yang dijanjikan dari India tidak kunjung dikirim disebabkan krisis di dalam negeri.
Menanggapi kabar permintaan Nepal tersebut, seorang jubir Kemenlu Inggris mengatakan kepada BBC (6/6/2021) bahwa pemerintah Inggris bahu-membahu dengan Nepal selama pandemi, dan negaranya termasuk yang pertama mengirimkan suplai medis ke negara itu.
“Inggris merupakan salah satu donor terdepan COVAX, inisiatif internasional untuk pengadaan dan distribusi vaksin secara merata,” imbuhnya. “Kami memberikan komitmen £548 juta untuk skema itu yang akan memberikan lebih dari satu miliar vaksin ke negara berkembang, termasuk Nepal, tahun ini.”
Oli sendiri menghadapi kritikan di dalam negeri karena dianggap kurang serius dalam menanggapi pandemi Covid-19. Dia sebelumnya pernah berkata bahwa wabah itu akan sirna dengan cara kumur-kumur rebusan daun jambu biji dan kunyit, dan orang Nepal imunitasnya lebih kuat disebabkan pola makan mereka.
PM Oli, yang masih menjabat meskipun belum lama ini mendapat mosi tidak percaya, juga dikritik karena awal tahun ini menggelar kerumunan massa sementara anggota parlemen dari partainya sendiri menarik dukungan terhadapnya.
Bulan lalu, ketika kasus infeksi melonjak tajam, dia mengatakan bahwa situasi di Nepal “terkendali”.
Meskipun di negara tetangga India coronavirus sedang menyebar cepat Nepal tidak menutup pintu perbatasannya, sehingga varian Delta (strain coronavirus yang pertama kali terdeteksi di India) yang jauh lebih mudah menular akhirnya meluas pula di sana.*