Hidayatullah.com—Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan aksi-aksi kekerasan yang telah mengguncang negara itu beberapa waktu terakhir merupakan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya, menggambarkannya sebagai serangan terhadap demokrasi.
Kerusuhan dipicu oleh pemenjaraan mantan presiden Jacob Zuma, terdakwa mega korupsi.
Korban tewas akibat kerusuhan yang terjadi telah meningkat menjadi 212, naik hampir 100 sejak Kamis, kata pemerintah seperti dilansir BBC Jumat (16/7/2021).
Petugas kepolisian dikerahkan untuk melindungi pengiriman bahan makanan ke supermarket setelah berhari-hari penjarahan yang meluas menyebabkan kekurangan pasokan.
Diperkirakan stok barang senilai $ 1 miliar dicuri di KwaZulu-Natal dengan setidaknya 800 toko ritel dijarah, kata seorang walikota di provinsi itu.
“Sangat jelas bahwa semua insiden kerusuhan dan penjarahan ini dipicu – ada orang yang merencanakan dan mengkoordinasikannya,” kata Ramaphosa dalam kunjungannya ke KwaZulu-Natal, kampung halaman Zuma yang menjadi episentrum kerusuhan.
Presiden mengatakan kerusuhan itu merupakan upaya untuk membajak demokrasi Afrika Selatan. Dia mengatakan kepada pendukung bahwa para penghasut telah diidentifikasi, tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut.
“Kami akan mengejar mereka,” ujarnya menambahkan.
Akibat aksi kekerasan dan penjarahan di KwaZulu-Natal banyak orang antre makanan, terkadang sejak dini hari, hanya untuk memperoleh beberapa barang saja.
Orang-orang yang menunggu giliran mengatakan kepada BBC bahwa mereka khawatir tidak mendapatkan makanan untuk keluarga, susu formula dan popok untuk bayi mereka, dan bahkan makanan untuk hewan peliharaan mereka.
Kekerasan selama sepekan di provinsi itu telah menyebabkan jalan-jalan rusak atau diblokir oleh para perusuh dan pemerintah ingin memastikan pasokan makanan tidak terganggu, kata Khumbudzo Ntshavheni, seorang penjabat menteri sementara.
Tentara telah dikerahkan ke daerah rawan kerusuhan dan polisi menyediakan pengawalan untuk pengangkutan oksigen, obat-obatan serta barang-barang penting lainnya, katanya.
Dalam pidato televisi berdurasi 30 menit yang disampaikan kemudian pada hari Jumat, Ramaphosa mengatakan tidak ada kekurangan makanan atau persediaan dan mendesak orang-orang untuk tidak memborong barang keperluan.
Dia mengatakan lebih dari 2.500 orang telah ditangkap terkait dengan kerusuhan dan mendesak rakyat Afrika Selatan untuk bersatu.
“Apabila kita berdiri bersama, tidak ada pemberontakan atau kekerasan di negara ini yang akan berjaya,” katanya. “Kita harus berjuang untuk mempertahankan demokrasi kita, Konstitusi kita, mata pencaharian kita, dan keselamatan kita. Ini merupakan pertempuran di mana kita tidak boleh kalah,” tegasnya.*