Hidayatullah.com — Komisi kongres bipartisan Amerika meminta Hilton Worldwide untuk tidak mengizinkan namanya dikaitkan dengan proyek hotel di Xinjiang. Proyek itu didirikan di atas sebuah masjid yang dihancurkan oleh pihak berwenang China.
Dalam suratnya kepada CHristopher Nassetta, presiden dan CEO Hilton Worldwide Holdings Inc (HLT.N), Senator Demokrat Jeff Merkley dan Jim McGovern menyampaikan keprihatinannya tentang laporan bahwa sebuah hotel Hilton sedang dibangun di lokasi bekas masjid di prefektur Hotan, Xinjiang (XUAR).
“Situs ini merpakan simbol kampanye pemerintah China untuk menghancurkan situs keagamaan dan budaya Uighur secara luas di XUAR. Dan upaya resmi untuk memberantas praktik agama dan budaya Uighur,” kata surat itu. Merujuk pada Muslim Uighur dan Daerah Otonomi Uighur Xinjiang.
Surat yang salinannya didapat Reuters ditandantangani oleh Komisi Eksekutif Partai Republik untuk China, Senator Marco Rubio dan Perwakilan Jim Smith.
Hilton Worldwide belum menanggapi permintaan komentar melalui email.
Surat itu mengatakan penghancuran situs agama dan budaya Uighur telah berkontribusi pada keyakinan pemerintah AS. Yaitu, bahwa genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan sedang dilakukan terhadap Muslim di Xinjiang.
“Hilton seharusnya tidak membiarkan namanya digunakan untuk mengabadikan dan mempromosikan penghapusan budaya dan penindasan jutaan orang Uighur yang tinggal di XUAR,” katanya.
Dewan Hubungan Amerika-Islam, organisasi advokasi Muslim terbesar di AS, telah meminta para pemegang saham Hilton untuk mencari tahu. Tentang rencana pembangunan hotel Hilton, yang diungkap pada bulan Juni oleh Daily Telegraph.
Itu mengutip Hilton yang mengatakan hotel itu adalah pengembangan waralaba yang diawasi oleh sebuah perusahaan China, Huan Peng Hotel Management, yang mengatakan telah membeli tanah itu sebagai tanah kosong melalui lelang publik. Perusahaan itu menambahkan bahwa mereka akan “mematuhi sepenuhnya semua undang-undang setempat, otoritas, dan standar pengembangan merek Hilton.”
Menurut penelitian CECC, pihak berwenang di Xinjiang menghancurkan atau merobohkan sekitar 16.000 masjid dan lebih dari setengah situs keagamaan lainnya di kawasan itu seperti tempat suci dan kuburan dalam beberapa tahun terakhir.*