Hidayatullah.com—Yunani mengatakan telah merampungkan pembangunan pagar pembatas sepanjang 25 mil (40 kilometer) di wilayahnya yang bersebelahan dengan Turki, dan memasang sistem pengawas guna mencegah para pencari suaka berusaha memasuki Eropa setelah Afghanistan kembali dikuasai Taliban.
Menteri Perlindungan Warga Negara Yunani Michalis Chrisochoidis memgatakan negaranya sudah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya gelombang pengungsi dan migran seperti tahun 2015.
“Kita tidak bisa hanya menunggu saja, pasif, terhadap kemungkinan dampaknya,” kata Chrisochoidis said. “Perbatasan kita akan tetap aman dan tidak dapat ditembus,” imbuhnya.
Pemerintah Yunani pekan lalu mengatakan tidak akan membiarkan pengungsi menyeberang ke Eropa dan akan mengirim balik mereka.
“Negara kami tidak akan menjadi gerbang masuk ke Eropa bagi migran ilegal Afghanistan, ” kata Menteri Migrasi Notis Mitarachi dalam sebuah pernyataan seperti dilansir The Guardian Sabtu (21/8/2021).
Isu ini diangkat oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan pada hari Jumat dalam diskusi dengan PM Yunani Kyriakos Mitsotakis. Erdogan mengatakan Afghanistan dan Iran – rute utama bagi migran Afghanistan ke Turki – harus didukung atau gelombang migrasi baru pasti terjadi, menurut sebuah pernyataan dari kantornya.
Lebih dari 1 juta orang yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah menyeberang lewat Turki ke Uni Eropa pada tahun 2015 – termasuk lewat Laut Aegea. Sekitar 60.000 masih di Yunani sementara jumlah yang lebih banyak bergerak ke utara ke negara-negara lain.
Pada tahun 2016 Turki mencapai kesepakatan untuk membendung arus migran ke Eropa, dengan imbalan Turki mendapatkan uang juataan euro dari Uni Eropa. Setiap migran atau pengungsi yang tidak mengajukan suaka atau klaimnya ditolak oleh negara Uni Eropa akan dikirim kembali ke Turki.*