Hidayatullah.com—Seorang wanita ditemukan berpegangan pada perahu karet yang terbalik sekitar 220 km dari jauhnya dari Canary Islands, satu-satunya yang selamat dalam tragedi migran di laut yang merenggut 52 nyawa.
Dia terlihat sedang terombang-ambing oleh kru kapal dagang yang sedang melintas dan ditemukan dalam kondisi mengenaskan oleh petugas penyelamat, lansir BBC.
Wanita yang diselamatkan pada hari Kamis (19/8/2021) itu dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan dehidrasi parah.
Petugas penjaga pantai menukan dua mayat dan wanita tersebut mengatakan kepada petugas bahwa ada lebih 50 orang yang menumpang kapal nahas tersebut.
Tahun ini saja sudah lebih dari 8.000 migran mencapai Canary Islands yang merupakan teritori Spanyol.
Banyak dari mereka bertolak dari pantai antara Tarfaya di Maroko dan Laayoune di Sahara Barat, teritori sengketa yang diklaim oleh Maroko.
Rute itu menjadi semakin populer sebab jalur menuju Eropa lewat Laut Mediterania semakin sulit ditempuh. Akan tetapi, kelompok peduli HAM Walking Borders menyebutnya rute migran paling berbahaya di dunia.
Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan migrasi memperkirakan lebih dari 350 orang tewas tahun ini saat berusaha mencapai Canary Islands. Namun, Walking Borders meyakini jumlahnya lebih dari 2.000.
Pekan kemarin, 47 orang dikhawatirkan tewas di lepas pantai Mauritania ketika sebuah perahu mengalami mati mesin dan terombang-ambing selama dua pekan, sampai akhii ditemukan petugas penjaga pantai.
Tujuh orang penyintas ditemukan di perahu itu dan International Office of Migration mengatakan bahwa mereka diperkirakan bertolak dari Laayoune peda 3 Agustus.
Awal tahun ini, seorang gadis berusia 17 tahun bernama Aicha asal Pantai Gading ditemukan di tengah laut. Dia diselamatkan oleh personel Angkatan Udara Spanyol setelah 22 hari terombang-ambing.
Kepada BBC dia mengatakan pergi dari rumahnya menuju Mauritania, kemudian setelah dua hari di laut makanan habis. Lebih dari 50 orang yang menumpang perahu bersamanya tewas.*