Hidayatullah.com—Para pakar di Afrika Selatan sedang menguji satu varian baru coronavirus guna mengetahui apakah berbahaya bagi masyarakat luas.
Para ilmuwan di Afrika Selatan sedang memantau varian baru coronavirus yang perlahan menyebar ke seluruh negeri dan tampaknya memiliki tingkat mutasi yang tinggi, kata National Institute for Communicable Diseases Hari Senin (30/8/2021) seperti dilansir DW.
Varian tersebut, yang dikenal sebagai C.1.2 dan pertama kali diidentifikasi pada bulan Mei, belum menyebar cukup luas untuk bisa dikategorikan sebagai “variant of interest” atau “variant of concern“. Namun, para ilmuwan mengamati bahwa C.1.2 tampaknya bermutasi hampir dua kali lebih cepat dari varian global lainnya.
Mutasi varian itu juga tampak mirip dengan varian lain yang memiliki tingkat penularan lebih tinggi dan mengurangi sensitivitas antibodi. Para ilmuwan sedang melakukan tes untuk mengetahui apa efek mutasi ini terhadap virus.
Varian tersebut sudah terdeteksi ada di semua sembilan provinsi di Afrika Selatan, serta beberapa negara lain seperti Inggris, New Zealand dan China. Varian ini mencakup hanya 1% dari sampel Covid-19 yang terekam pada bulan Juni, lalu naik menjadi 3% pada bulan Juli. Pada saat yang sama, varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India mencakup 67% infeksi pada bulan Juni dan 89% pada bulan Juli.
“Pada tahap ini kami tidak memiliki data eksperimental untuk mengkonfirmasi bagaimana reaksinya dalam hal sensitivitas terhadap antibodi,” kata peneliti NICD Penny Moore dalam paparan pers yang digelar secara daring.
Meskipun demikian, “kami cukup yakin bahwa vaksin yang sekarang sedang disuntikkan di Afrika Selatan akan terus melindungi kita dari sakit yang parah dan kematian,” imbuhnya.*