Hidayatullah.com—Mantan presiden Portugal Jorge Sampaio telah meninggal pada usia 81, kata keluarganya mengkonfirmasi.
Sampaio berada dalam kondisi kesehatan buruk selama beberapa tahun dan dirawat di rumah sakit di Lisbon selama dua minggu terakhir sebelum kematiannya.
Dia menjabat sebagai presiden Portugal selama dua periode antara tahun 1996 dan 2006 dan sebelumnya menjadi walikota ibukota Portugal.
Presiden Portugal saat ini, Marcelo Rebelo de Sousa, mengumumkan kematian Sampaio pada hari Jumat (10/9/2021), tanpa menjelaskan penyebab kematiannya.
“Sampaio dilahirkan dan mendidik dirinya sendiri untuk menjadi seorang pejuang dan perjuangannya memiliki tujuan: kebebasan dan kesetaraan,” kata Rebelo de Sousa dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi, seperti dilansir Euronews.
Perdana Menteri Portugal António Costa juga memuji Sampaio sebagai politisi terhormat yang membela demokrasi.
“Kami merunduk di hadapan kenangan seorang pria yang selalu berjuang untuk kebebasan, untuk demokrasi, dan yang kejujuran moralnya membawa kebanggaan bagi kehidupan politik negara kita,” kata Costa.
Lahir di Lisbon pada tahun 1939 dari keluarga kelas menengah, Jorge Sampaio pertama kali memasuki dunia politik saat masih kuliah hukum.
Dia adalah salah satu pemimpin aksi mogok universitas tahun 1962 melawan kediktatoran António Salazar. Presiden Rebelo de Sousa menggambarkan Sampaio pada hari Jumat sebagai “badai berambut merah” era 1960-an.
Setelah lulus sekolah hukum dan menjadi pengacara, Sampaio juga membela beberapa tahanan politik.
Empat tahun setelah berakhirnya kediktatoran Portugal, Sampaio bergabung dengan Partai Sosialis yang didirikan oleh Mario Soares, pendahulunya sebagai presiden.
Menjabat lama sebagai anggota parlemen, Sampaio menjadi sekretaris jenderal partai pada tahun 1989 dan, pada tahun yang sama, memenangkan jabatan walikota Lisbon.
Meskipun kalah dalam pemilu 1991, Sampaio kemudian mengalihkan perhatiannya ke pemilihan presiden dan memenangkan pilpres 1996 atas rivalnya Anibal Cavaco Silva.
Di Portugal, dia mungkin paling dikenang karena membubarkan parlemen secara kontroversial pada 2004 setelah berbulan-bulan terjadi pertikaian di lingkungan pemerintahan.
Setelah menyelesaikan masa jabatan kedua pada tahun 2006, Sampaio kemudian memegang beberapa jabatan di PBB, termasuk sebagai utusan khusus untuk inisiatif “Hentikan Tuberkulosis”.
Dia kemudian menjabat sebagai High Representative for the Alliance of Civilisations, yang bertujuan untuk mempromosikan inisiatif untuk mengatasi kesalahpahaman antara budaya dan agama. Baru-baru ini, Sampaio juga memimpin sebuah platform internasional untuk mendukung mahasiswa Suriah.
Sepanjang karirnya sebagai salah satu tokoh politik paling menonjol dari generasinya, Sampaio dipuji karena sikapnya yang rendah hati dan bersahaja.
Sampaio fasih berbahasa Inggris, jebolan Universitas Johns Hopkins, dan pernah berkata bahwa dia selalu ingin menjadi konduktor orkestra.
Portugal akan merayakan tiga hari berkabung nasional atas kematiannya dengan bendera Portugis di gedung-gedung publik berkibar setengah tiang mulai hari Sabtu (11/9/2021), kata Presiden Rebelo de Sousa.
Belum ada rincian tentang pemakamannya. Sampaio meninggalkan seorang istri, seorang putri, dan seorang putra.*