Hidayatullah.com—British American Tobacco hari Selasa (12/10/2021) mengatakan akan menghentikan semua operasinya di Myanmar sebelum akhir tahun ini.
Menanggapi pertanyaan Reuters tentang status operasinya di negara Asia Tenggara itu, perusahaan berbasis di Amerika Serikat itu mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil setelah mengkaji peluang bisnis jangka panjang BAT di Myanmar.
“Seperti perusahaan global lain, kami terus mengkaji operasi kami di seluruh dunia,” kata perusahaan itu.
Kondisi negara Myanmar tidak menentu sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari.
Banyak perusahaan besar di Myanmar pada awalnya menyatakan komitmen mereka terhadap negara tersebut dalam beberapa minggu setelah kudeta. Namun, tindakan keras tentara selama berbulan-bulan terhadap siapa saja yang memprotes dan menentang mereka, yang mengakibatkan lebih dari 1.000 orang sipil tewas, memaksa banyak perusahaan asing untuk memikirkan ulang komitmen mereka.
Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Uni Eropa menanggapinya dengan menjatuhkan sanksi yang ditargetkan pada militer dan jaringan kepentingan bisnisnya yang luas.
BAT tidak menjelaskan lebih lanjut tentang alasan keputusannya untuk menarik diri dari negara tersebut.
BAT beroperasi di Myanmar sejak tahun 2013, dua tahun setelah pemerintahan kuasi-sipil yang dipimpin oleh para teknokrat dan pensiunan jenderal memulai reformasi besar-besaran untuk memikat para investor.
Perekonomian ringkih negara itu sekarang semakin buruk, mata uang kyat bulan lalu kehilangan lebih dari 60% nilainya, sehingga harga makanan dan bahan bakar melonjak. Bank Dunia memperkirakan terjadi kontraksi 18% dalam produk domestik bruto tahun ini.*