Hidayatullah.com—Sekelompok misionaris terdiri dari 17 orang termasuk anak-anak diculik oleh sebuah geng di Haiti hati Sabtu (16/10/2021), menurut pesan suara yang dikirimkan ke berbagai misi keagamaan oleh sebuah organisasi Kristen yang mengetahui pasti perihal kejadian itu.
Para misionaris itu sedang dalam perjalanan pulang dari lokasi pembangunan panti asuhan, menurut pesan dari Christian Aid Ministries yang berbasis di Ohio, Amerika Serikat, seperti dikutip Associated Press.
“Ini pemberitahuan doa khusus,” bunyi pesan berdurasi satu menit itu. “Berdoa agar anggota-anggota geng itu datang untuk bertobat.”
Pesan itu juga mengatakan bahwa direktur lapangan misi tersebut bekerja di Kedutaan AS dan bahwa keluarganya dan satu orang pria lain yang tidak diidentifikasi tinggal di base organisasi itu sementara orang-orang lainnya pergi mengunjungi panti asuhan yang sedang dibangun.
Seorang jubir pemerintah AS mengatakan pihaknya mengetahui adanya laporan penculikan tersebut.
“Kesejahteraan dan keselamatan warga AS di luar negeri merupakan salah satu prioritas tertinggi Departemen Luar Negeri,” kata jubir tersebut, menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut.
Sementara itu, seorang pejabat senior AS yang berbicara tanpa ingin identitasnya diketahui mengatakan AS mengontak otoritas Haiti untuk mengatasi kasus tersebut.
Haiti kembali dimarakkan dengan aksi penculikan oleh geng-geng kriminal yang menuntut uang tebusan mulai dari ratusan dolar sampai lebih dari $1 juta, menurut otoritas setempat.
Bulan lalu, seorang diaken tewas di depan sebuah gereja di ibukota Port-au-Prince dan istrinya diculik, menjadi salah satu dari puluhan orang yang menjadi korban penculikan beberapa bulan terakhir.
Sedikitnya 328 korban penculikan dilaporkan ke Kepolisian Nasional Haiti kurun 8 bulan pertama tahun 2021. Bandingkan angka itu denga periode sepanjang 2020 yang mencapai 234, menurut data yang dirilis bulan lalu oleh United Nations Integrated Office di Haiti yang dikenal sebagai BINUH.
Geng-geng di negara itu tidak sungkan menculik anak sekolah, dokter, anggota kepolisian, bus berisi penumpang dan lainnya.
Pada bulan April, salah satu geng menculik lima pendeta dan dua biarawati, aksi yang mengundang protes warga selama tiga hari karena minimnya keamanan di negara miskin itu. Hari Senin ini rencananya masyarakat akan kembali turun ke jalan.
Penculikan misionaris itu terjadi hanya beberapa hari setelah sejumlah pejabat tinggi AS mengunjungi Haiti dan berjanji akan memberikan sokongan lebih untuk Kepolisian Nasional Haiti, termasuk dana $15 juta untuk penanggulangan kekerasan geng, yang tahun ini mengakibatkan ribuan orang terpaksa tinggal di penampungan sementara.
Termasuk dalam rombongan AS yang menemui Kepala Kepolisian Haiti adalah Uzra Zeya, wakil menteri luar negeri untuk urusan keamanan sipil, demokrasi dan HAM.
“Menagatasi masalah kekerasan geng adalah vital bagi stabilitas dan keamanan warga Haiti,” kata wanita itu lewat Twitter belum lama ini.
“Gejolak politik, meningkatnya kekerasan geng, memburuknya kondisi sosio-ekonomi –termasuk ketidakamanan pangan dan malnutrisi – semuanya berkontribusi kepada memburuknya situasi kemanusiaan,” kata BINUH dalam laporannya. “Pasukan kepolisian yang kewalahan dan kekurangan sumber daya tidak dapat mengatasi masalah keamanan Haiti,”
Hari Jumat lalu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa secara bulat memutuskan untuk memperpanjang misi politik PBB di Haiti.*