Hidayatullah.com — Oman dan Qatar telah menandatangani perjanjian kerja sama militer, perpajakan, pariwisata, pelabuhan, tenaga kerja dan investasi. Hal itu terjadi dalam kunjungan pemimpin Oman Sultan Haitham bin Tariq Al Said ke Doha.
Oman adalah salah satu yang terlemah secara finansial dari negara-negara produsen minyak lain di Teluk. Negara tersebut telah mengejar reformasi luas dan langkah-langkah penghematan sejak Sultan Haitham mengambil alih kekuasaan hampir dua tahun lalu setelah kematian pendahulunya yang memerintah selama setengah abad.
Perjanjian tersebut ditandatangani selama kunjungan kenegaraan dua hari oleh Sultan Haitham dari Oman ke negara bagian Qatar yang kecil tapi kaya, salah satu produsen gas alam cair (LNG) top dunia.
Kesepakatan itu termasuk kesepakatan tentang pajak berganda dan penghindaran pajak atas pendapatan dan pajak modal, dan kesepakatan kerjasama investasi antara lembaga dana kekayaan berdaulat Otoritas Investasi Qatar dan Otoritas Investasi Oman, kata Amiri Diwan dari Qatar, kantor administrasi emir, pada hari Senin (22/11/2021), dilansir oleh Al Jazeera.
Rincian lebih lanjut tentang kesepakatan itu belum tersedia.
Sejak jatuhnya harga minyak pada tahun 2014, Oman, negara berpenduduk sekitar lima juta orang, telah mengakumulasi utang dalam jumlah besar. Baru-baru ini memulai rencana jangka menengah untuk memperbaiki keuangannya yang juga dilanda pandemi COVID-19.
Oman sedang dalam pembicaraan tahun lalu dengan beberapa negara Teluk untuk bantuan keuangan, menurut prospektus obligasi Oktober 2020.*