Hidayatullah.com–Dua belas orang tersisa dari 17 orang rombongan misionaris Amerika yang diculik oleh geng kriminal di Haiti pada bulan Oktober sudah dilepaskan.
Organisasi Kristen berbasis di Ohio, Amerika Serikat, yang mengirim mereka
Christian Aid Ministries mengkonfirmasi berita di situs webnya, lansir BBC Jumat (17/12/2021).
Lima sandera telah dibebaskan dalam beberapa pekan sebelumnya.
Rombongan itu terdiri dari 16 warga Amerika Serikat dan seorang warga Kanada. Lima adalah pria dan tujuh orang merupakan wanita yang berusia antara 18 sampai 48 tahun. Sisanya anak-anak berusia di bawah 15 tahun (termasuk seorang bayi). Mereka diculik oleh geng kriminal setempat ketika dalam perjalanan pulang dari sebuah panti asuhan yang merupakan proyek garapan organisasinya.
Kendaraan bus yang mereka tumpangi dicegat di tengah jalan utama di kota kecil Ganthier, sebelah timur ibukota Port-au-Prince. Sopir mereka yang merupakan orang Haiti juga diculik.
Ketika rombongan itu diculik pada 16 Oktober, koran The Washington Post melaporkan bahwa salah satu korban sempat mengirimkan pesan lewat WhatsApp untuk meminta tolong.
“Mohon doanya untuk kami!! Kami disandera, mereka menculik sopir kami. Berdoa berdoa berdoa. Kami tidak tahu ke mana mereka membawa kami,” bunyi pesan itu.
Geng kriminal itu, yang dikenal dengan nama 400 Mazowo, menuntut tebusan uang $1 juta untuk masing-masing 17 orang yang diculiknya.
Dua orang dilepaskan pada bulan November, dan tiga lainnya pada awal Desember, tetapi identitas mereka tidak diungkapkan.
Setelah dua bulan disekap, semua anggota rombongan misionaris itu akhirnya dilepaskan. Pembebasan mereka menyusul negosiasi yang dilakukan selama berminggu-minggu dengan 400 Mazowo, kata jubir kepolisian Gary Desrosiers kepada AFP.
Apakah uang tebusan dibayarkan tidak diketahui, dan tidak jelas apa yang terjadi pada sopir bus rombongan itu.
Geng 400 Mazowo aktif melakukan penculikan untuk membiayai kelompok mereka.
Pada bulan April, anggotanya menculik sekelompok rohaniwan Katolik, yang tidak lama kemudian dilepaskan. Tidak jelas adakah uang tebusan yang dibayarkan kepada geng itu.
Kasus penculikan di Haiti termasuk yang tertinggi di dunia. Di tengah kemiskinan yang meluas, bencana alam bertubi-tubi, konflik politik dan lemahnya pemerintahan serta ompongnya aparat keamanan, geng-geng kriminal menjamur dan merajalela.*