Indonesiainside.id, Cox’s Bazar—Pihak berwenang di resor utama Bangladesh hari ini mencabut pemisahan sebagian pantai khusus untuk perempuan dan anak-anak setelah media sosial memprotes pemisahan gender. Kemarin, pejabat Cox’s Bazar meresmikan bagian tepi pantai dari pantai laut alami terpanjang di dunia sebagai zona eksklusif untuk wanita dan anak-anak, kutip AFP.
Namun, beberapa jam kemudian, pemerintah mengeluarkan pernyataan pers yang mengatakan bahwa mereka telah ‘menarik keputusannya’ setelah menerima ‘reaksi negatif’. Abu Sufian, seorang pejabat senior di Cox’s Bazar, mengatakan kepada AFP bahwa bagian pantai dibuat atas permintaan sebagian wanita di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu.
“Mereka meminta bagian khusus pantai untuk diri mereka sendiri, karena mereka merasa malu dan tidak aman di tempat ramai,” katanya.
Awal bulan ini, tragedi seorang wanita yang diperkosa beramai-ramai di Cox’s Bazar memicu protes atas keselamatan wanita di kota itu. Namun, langkah untuk mengisolasi bagian dari pantai telah menyebabkan kegemparan di media sosial, dengan para kritikus mengklaim hal itu dapat mengarah pada tindakan keagamaan yang lebih keras.
“Ini adalah Taliban,” kata jurnalis dan komentator veteran Syed Ishtiaque Reza di Facebook, merujuk pada Taliban di Afghanistan.
Komentator lain membandingkannya dengan ‘Mollahtantra’, yang diterjemahkan sebagai ideologi garis keras Islam. Sebagian masyarakat Bangladesh tetap sangat konservatif, dan dalam beberapa tahun terakhir, ada kelompok yang mengadakan rapat umum menuntut pemisahan gender di tempat kerja dan pabrik.
Cox’s Bazar adalah hotspot selama musim perayaan dan sektor pariwisata di sana telah tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir. Untuk memberikan keamanan kepada wisatawan yang terus bertambah, pihak berwenang juga telah membentuk unit polisi pariwisata untuk berpatroli di kota-kota pesisir. (NE)