Oleh: Qosim Nurseha Dzulhadi
“Waktumu adalah umurmu. Dan umurmu adalah modal usahamu.” (Imām Abū Hāmid al-Ghazālī)
Hidayatullah.com | SETELAH iman kepada Allah dan mendapat teman yang saleh maka nikmat besar yang diberikan oleh Allah adalah usia. Nikmat umur. Tentunya umur yang berkah.
Tak sekadar panjang umur. Nabi Muhammad pernah ditanya oleh para sahabat: “Wahai Rasul Allah, siapakah manusia terbaik itu?” Beliau menjawab: “Orang panjang umurnya dan baik amalnya.” beliau kemudian ditanya lagi: ‘Lantas, siapakah manusia paling buruk?’. Beliau menjawab: “Yang panjang umurnya tapi jelek amalnya.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzī dan al-Hākim).
Dan seyogyanya setiap Muslim senantiasa tafakkur: memikirkan dengan baik mengenai umurnya. Hidupnya harus terus diawasi dan dievaluasi agar tidak sekadar hidup di muka bumi. Karena umur ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
Terkait ini, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ
“Tidak akan bergeser kedua telapak kaki anak Adam pada hari Kiamat sampai ditanya empat perkara: mengenai umurnya untuk apa dia gunakan; mengenai masa mudanya untuk dia habiskan; mengenai hartanya dari mana dia peroleh dan ke mana dia salurkan; dan mengenai ilmunya apa yang dia amalkan dengannya.” (HR: al-Bazzār dan at-Thabrānī).
Sabda Nabi di atas menegaskan, diantaranya, mengenai umur. Tentang usia. Karena pentingnya usia itulah maka diulang dengan menyebutkan ‘masa muda’.
Karena kebanyakan masa muda itu melenakan dan melalaikan. Kecuali bagi orang-orang yang memahami urgensi masa mudanya.
Rahasia Pertukaran Malam-Siang
Siang dan malam merupakan tanda kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Malam hari dijadikan oleh Allah sebagai “libās” (penutup dengan hitamnya/gelapnya; waktu istirahat) dan malam sebagai “ma‘āsy” (mencari penghidupan, mencari nafkah) (Qs. an-Naba’: 10-11). Karena Allah tahu mencari nafkah di siang hari itu melelahkan, maka Allah jadikan tidur sebagai “subāt” (rehat, istirahat) (Qs. an-Naba’: 9).
Kecuali itu, siang dan malam Allah jadikan sebagai kesempatan mencari karunia Allah (litabtaghū fadhlan min Rabbikum) dan agar mengetahui bilangan dan hitungan tahun (lita‘lamū ‘adadas-sinīna wa’l-hisāb); untuk mengetahui waktu-waktu (Qs. al-Isrā’: 12).
Muhasabah Manajemen Waktu
Menilik kembali Firman Allah dalam Qs. 17:12 menjadikan kita semakin faham urgensi mengenai waktu. Karena waktu itu terus berjalan, bekerja, dan bergulir. Tanpa henti. Karena sifat waktu itu: (1) cepat berlalu; (2) jika berlalu tidak akan kembali dan tak mungkin diganti; dan (3) harta manusia yang mahal dan berharga. (Syekh Yūsuf al-Qaradhāwī, al-Waqt fī Hayāt al-Muslim (Kairo: Maktabah Wahbah, 1417 H/1996 M), 13-14).
Termasuk pergantian tahun yang terjadi harus dicermati. Padahal, lebih dari itu, setiap helaan nafas setiap Mukmin harus dievaluasi. Apalagi setiap jam, hari, minggu, dan bulan. Padahal Allah telah pergilirkan malam dan siang agar dimanfaatkan sebagai waktu untuk zikir (mengingat Allah) dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. (QS:al-Furqān: 62).
Selain itu, pertukaran waktu yang berjalan menyadarkan kita tentang adanya perubahan dalam diri kita. Itulah yang diingatkan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
اَللّٰهُ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ مِّنۡ ضُعۡفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنۡۢ بَعۡدِ ضُعۡفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنۡۢ بَعۡدِ قُوَّةٍ ضُعۡفًا وَّشَيۡبَةً ؕ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ ۚ وَهُوَ الۡعَلِيۡمُ الۡقَدِيۡرُ
“Dialah Allah yang telah menjadikan kalian dari kelemahan. Kemudian setelah kelemahan itu Allah jadikan kalian kuat. Dan setelah masa kuat Allah datangkan kepada kalian kelemahan dan uban.” (QS: ar-Rūm: 54).
Artinya, masa kuat yang mungkin sekarang kita nikmati ini diapit oleh dua kelemahan: kelemahan masa kanak-kanak dan kelemahan masa tua. Inilah fakta kehidupan setiap manusia.
Maka, pergantian waktu dan pergeseran masa sejatinya mengharuskan kita mengelola waktu kita dengan baik. Sehingga umur yang semakin hari semakin berkurang ini menjadi lebih produktif dan sarat makna. Wallāhu a‘lam bis-shawāb.[]
Pengajar di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah (Medan) dan kolomnis