Hidayatullah.com–Perusahaan mobil listrik Tesla dikritik di Amerika Serikat setelah membuka showroom di Xinjiang.
Perusahaan yang dipimpin oleh miliarder Elon Musk ini membuka showroom di kota Urumqi pada malam tahun baru 2022.
China melakukan perbudakan dan genosida terhadap kelompok minoritas Uighur di wilayah yang kaya sumber daya alam itu.
Senator AS dari Partai Republik Marco Rubio, yang mensponsori RUU yang ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden Joe Biden pada bulan Desember yang mengharuskan perusahaan untuk membuktikan bahwa barang yang diimpor dari Xinjiang tidak diproduksi dengan tenaga kerja paksa, berbicara tentang keputusan Tesla membuka gerai pajang di Urumqi itu.
“Perusahaan tak berkebangsaan membantu Partai Komunis China menutupi genosida dan kerja paksa di wilayah tersebut,” kata Rubio lewat Twitter, Selasa (4/1/2022).
“Saya akan bicara terus terang: Setiap perusahaan yang melakukan bisnis di Xinjiang terlibat dalam genosida budaya yang terjadi di sana. Tapi tindakan Tesla ini sungguh sangat tercela.” kata Scott Paul, presiden Alliance of American Manufacturing industry, seperti dilansir BBC.
Namun, pembukaan showroom baru Tesla itu disambut luas oleh pengguna platform media sosial Weibo di China.
Seorang pengguna Weibo berkomentar: “Terima kasih telah melebarkan sayap ke Xinjiang, selamat tahun baru!”. Pengguna lain berkata: “Anda tahu, Tesla mendukung pengembangan dan pembangunan Xinjiang, tidak seperti beberapa perusahaan lain.”
Wilayah Xinjiang adalah kampung halaman kebanyakan populasi Muslim Uighur dan China melakukan kerja paksa dan genosida terhadap mereka, serta mendatangkan banyak orang suku mayoritas Han ke sana guna mengubah komposisi demografinya.
Pada Desember 2020, BBC menayangkan liputan investigasi berdasarkan penelitian baru yang menunjukkan China memaksa ratusan ribu kaum minoritas, termasuk Uighur, menjadi pekerja kasar di ladang kapas Xinjiang.
Beijing senantiasa membantah klaim tersebut.*