Hidayatullah.com–Ribuan orang Afghanistan yang diselamatkan Inggris ketika Taliban memgambil alih kekuasaan sampai saat ini masih “terjebak” di hotel-hotel di Inggris, setelah seorang menteri mengakui bahwa tidak ada mekanisme untuk memindahkan mereka ke tempat tinggal yang lebih layak tanpa kehilangan tunjangan pemerintah.
Kementerian Dalam Negeri Inggris baru-baru ini mengungkap bahwa biaya untuk menempatkan orang Afghanistan itu di hotel menguras kocek pembayar pajak £1,2 juta sehari.
Tidak hanya itu, kamar hotel tidak layak untuk akomodasi jangka panjang bagi orang yang mengalami trauma persekusi, bagi keluarga dan anak-anaknya.
Pada 1 Desember 2021 menteri urusan pemukiman kembali orang Afghanistan di Inggris, Victoria Atkins, mengatakan kepada pemerintah bahwa lebih dari 4.000 orang belum diberi pemukiman atau akomodasi layak. Lebih dari dua bulan kemudian, jumlahnya masih berkisar di angka 4.000.
Ketika Kementerian Dalam Negeri, bekerja sama dengan otoritas lokal, mengupayakan akomodasi untuk warga Afghanistan, pemerintah pusat memberikan pemerintah daerah anggaran £20.520 per kepala untuk uang pemukiman kembali selama 3 tahun agar mereka dapat berintegrasi dengan masyarakat.
Namun, ada di antara 12.000 warga Afghanistan yang masih mendekam di hotel itu ingin mencari akomodasi sendiri, maka dia akan tidak dapat secara otomatis mengakses tunjangan pemerintah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke The Guardian Selasa (15/2/2022), Atkins mengatakan, “Kami sedang menggali semua opsi guna memastikan keluarga-keluarga yang pindah dari penginapan sementara ke akomodasi yang diusahakannya sendiri dapat menerima tunjangan selayaknya.”
“Berkat kerja sama antarpemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan dalam kemitraan dengan otoritas-otoritas daerah serta sektor penyewaan swasta, kami sudah berhasil menempatkan atau sedang berupaya menempatkan sekitar 4.000 orang yang dievakuasi (dari Afghanistan) ke rumah yang menjadi tempat tinggalnya.”
“Kami terus mengupayakan setiap cara guna memastikan tempat tinggal permanen agar keluarga-keluarga Afghanistan dapat bermukim dan membangun kembali kehidupan mereka. Orang-orang Afghanistan yang diakui memiliki hak legal untuk tinggal di Inggris, semua warga Afghanistan yang dibawa ke Inggris berdasarkan skema Afghan Relocations and Assistance Policy (ARAP) dan Afghan citizens resettlement scheme (ACRS) akan diberikan hak untuk bekerja, mengakses pendidikan dan bisa mengajukan tunjangan sosial dari pemerintah.
Enver Solomon, pimpinan eksekutif Refugee Council, mengecam kelambanan dan kurangnya fleksibilitas dalam skema pemukiman kembali orang Afghanistan tersebut.
“Pemerintah tampak jelas kesulitan untuk mbina kemitraan yang efektif dengan otoritas lokal untuk dapat dengan cepat orang Afghanistan ke rumah tempat tinggal jangka panjang di dalam masyarakat,” kata Solomon.
Sara Nathan, salah satu pendiri dan pemgampu organisasi amal Refugees at Home, yang merekrut warga yang bersedia untuk menyediakan kamar bagi pencari suaka dan pengungsi, mengatakan organisasinya tidak dapat membantu pemukiman kembali orang Afghanistan di Inggris.
“Ketika terjadi evakuasi orang-orang Afghanistan, hal itu sungguh menggugah hati banyak orang dan 1.600 orang bersedia untuk menampung mereka bekerja sama dengan Refugees at Home,” katanya.
Namun, beberapa bulan kemudian Refugees at Home masih belum dapat memindahkan para pencari suaka itu ke rumah atau pemondokan jangka panjang karena orang yang bersangkutan akan kehilangan tunjangan dari pemerintah apabila dipindahkan dari hotel tempat penampungan sementara.*