Hidayatullah.com–Seorang pria Belgia berusia 37 tahun yang merasa dipermalukan oleh gurunya di sekolah dasar telah mengakui telah menikam tewas gurunya tersebut.
Dilansir The Guardian Kamis (17/3/2022), Gunter Uwents mengatakan kepada jaksa bahwa dirinya tidak pernah melupakan perlakuan buruk yang didapatnya dari Maria Verlinden, 59, pada 1990-an ketika dia berusia tujuh tahun.
Dia mengaku kehilangan kendali saat mengunjungi wanita itu pada November 2020 di rumahnya di desa Noorderwijk, dekat Antwerpen. Bekas gurunya tersebut ditikam 101 kali dan meninggal di dapurnya.
Verlinden dikenal sebagai seorang penganut Kristen yang taat yang kerap membantu tunawisma.
Kasus itu tidak terpecahkan selama 16 bulan meskipun polisi mengambil ratusan sampel DNA untuk mencoba menemukan pelakunya. Suaminya kemudian mengajukan permohonan publik untuk mencari saksi.
Dompetnya yang berisi uang tunai dibiarkan tak tersentuh di meja makan di sebelah tubuhnya, menunjukkan bahwa dia bukan korban perampokan dengan kekerasan.
Tetapi pada Maret tahun lalu, Uwents telah mengakui sebagai pelaku kejahatan itu kepada seorang teman, yang kemudian memberi tahu polisi, kata jaksa. Dia ditangkap pada hari Ahad.
Uwents memberikan sampel DNA untuk dibandingkan dengan jejak yang ditemukan di TKP. Sebagai mantan murid, bagaimanapun juga, dia terjebak dalam jaring pengambilan sampel genetik, yang artinya tidak dapat mangkir untuk memberikan sampel DNA.
Lut Verlinden, 62, saudara perempuan korban, yang juga mengajar Uwents pada tahun 1990-an, mengatakan kepada koran Het Nieuwsblad, “Kami semua bingung. Saya telah menghubungi semua mantan rekan kerja yang pernah mengajar Gunter di kelas, tetapi tidak ada yang bisa mengingat insiden antara dia dan Maria.”
“Gunter merupakan anak yang pendiam dan tertutup. Tidak ada lagi yang bisa dikatakan tentang dia. Orang tuanya juga penganut Katolik yang sangat baik. Saya merasa kasihan pada mereka, karena khawatir mereka tidak akan pernah berani lagi menampakkan diri di Noorderwijk.”
Menurut media lokal, Uwents mengatakan kepada para detektif bahwa du semasa sekolah dia “diganggu, dipermalukan dan diremehkan” oleh teman-teman sekelasnya dan gurunya itu mengabaikannya.
“Ketika saya mengangkat tangan, dia selalu menunjuk orang lain untuk menjawab – bukan saya,” katanya kepada polisi. “Dan itu membuat saya sangat tidak senang.”
Uwents mengklaim bahwa dia pergi ke rumah korban hanya untuk “berbicara baik-baik” tetapi wanita itu justru mentertawakan dirinya dan menyebut dirinya sebagai “orang bodoh”. Dia lebih lanjut mengatakan bahwa dia tidak membawa pisau ke rumah itu. Polisi belum menemukan senjata itu.
Kantor kejaksaan setempat mengatakan Uwents telah memberikan “penjelasan rinci” tentang tindakannya, yang merupakan pengakuan.
Uwents muncul di hadapan hakim pada hari Selasa (15/3/2023) dan ditahan dengan tuduhan pembunuhan.*