Hidayatullah.com—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari ini mengulangi seruannya untuk gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina menjelang pembicaraan damai di Istanbul. Erdogan mengatakan inisiatif itu akan menjadi awal yang baik untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama hampir dua bulan, lapor Anadolu Agency.
“Kami percaya solusi perdamaian yang adil tidak akan menyakiti siapa pun dan tidak ada pihak yang menginginkan konflik yang berlarut-larut,” kata Erdogan kepada delegasi Rusia dan Ukraina di Turki.
Dia juga mengatakan Turki siap menjadi tuan rumah pembicaraan damai antara presiden Rusia dan Ukraina. Turki menunjukkan pendekatan yang adil untuk melindungi hak, hukum, dan kepekaan kedua belah pihak di semua platform internasional, kata Erdogan.
Putaran baru pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina akan berlangsung di Istanbul hari ini, dengan delegasi Rusia dan Ukraina tiba di kota kemarin. Sebelumnya, Erdogan mengatakan dia akan duduk dengan kedua belah pihak untuk ‘pertemuan singkat’ sebelum pembicaraan damai.
Erdogan juga mengatakan percakapan telepon dengan rekan-rekannya dari Ukraina dan Rusia akan berlanjut dan ‘mengarah pada solusi yang diinginkan’.
Peran Turki
Delegasi Rusia dan Ukraina tiba di Istanbul dalam putaran baru pembicaraan damai antara Moskow dan Kyiv saat perang Rusia di Ukraina berlanjut selama lebih dari sebulan, lapor Anadolu Agency. Sebuah pesawat pribadi yang membawa delegasi Rusia mendarat di Bandara Ataturk, sekitar pukul 16.00 waktu setempat, sedangkan delegasi Ukraina tiba di Istanbul sekitar pukul 22.00 waktu setempat.
Pembicaraan damai dua hari itu, diadakan di kantor presiden Dolmabahce mulai pukul 10.30 waktu setempat. Pembicaraan itu tertutup untuk media, menurut Kementerian Luar Negeri Turki.
Beberapa putaran pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina telah diadakan di Belarus sejauh ini, dengan tidak ada hasil nyata yang dicapai.
Turki menjadi fokus dunia pada 10 Maret, ketika negara itu menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi kedua belah pihak yang melibatkan menteri luar negeri Rusia dan Ukraina di kota Antalya, Turki selatan, sejak krisis meletus.
Krisis Rusia-Ukraina telah bertemu dengan oposisi internasional, dengan Uni Eropa (UE), Amerika Serikat (AS) dan Inggris (Inggris) serta beberapa negara lain yang menerapkan sanksi keuangan di Moskow.
Setidaknya 1.151 warga sipil tewas dan 1.842 lainnya terluka sementara lebih dari 3,87 juta melarikan diri ke negara-negara tetangga, menurut badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).*