Hidayatullah.com– Sedikitnya lima orang tewas dan 50 lainnya terluka saat terjadi aksi protes anti-PBB di kota Goma di bagian timur Republik Demokratik Kongo (RD Kongo).
Demonstrasi berlanjut untuk hari kedua, menuntut kepergian misi pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di negara itu, Monusco.
Aksi protes, yang konon digaungkan oleh sayap pemuda partai pemerintah, berubah menjadi aksi kekerasan ketika demonstran menyerbu markas lokal misi dan pangkalan logistik pasukan PBB.
Tampak situasi kacau, pembakaran dan penjarahan. Pada salah satu gambar yang disebarkan di media sosial menunjukkan seorang pengunjuk rasa tergeletak di tanah sementara yang lain berteriak bahwa dia telah ditembak mati oleh pasukan PBB.
Media lokal melaporkan pada hari Senin (25/7/2022) bahwa pasukan PBB menembakkan peluru tajam untuk mencegah pengunjuk rasa menyerang tempat itu, lansir BBC.
“Kami tidak punya apa-apa untuk dikatakan pada saat ini, kami berada di masa yang buruk,” kata juru bicara Monusco Khady Lo Ndeye kepada BBC ketika ditanya laporan perihal korban.
Pemerintah mengatakan telah meminta tentara dan polisi untuk memulihkan ketenangan di Goma.
Pasukan PBB telah dikerahkan ke wilayah yang bergejolak itu, di mana terdapat lebih dari 100 kelompok pemberontak yang aktif, selama lebih dari dua dekade.
Masyarakat setempat mengkritik Monusco gagal memulihkan perdamaian, terutama pada saat kemunculan kembali gerakan pemberontak M23.
RD Kongo menuduh negara tetangga Rwanda mendukung M23, tuduhan yang dibantah Rwanda.
Tiga pekan lalu, dua pemimpin negara itu menyepakati “proses de-eskalasi” di bagian timur wilayah RD Kongo.*