Hidayatullah.com—Seorang Muslimah asal Gujarat, India meminta pengadilan membatalkan pembebasan 11 orang yang telah memperkosa dirinya dan membantai keluarganya. Bilkis Bano, mengaku kecewa, karena 11 pria itu, termasuk mereka yang dihukum karena memperkosanya dan membunuh 14 anggota keluarganya, akhirnya dibebaskan pihak pengadilan.
“Dua hari yang lalu, pada 15 Agustus 2022, trauma 20 tahun terakhir kembali menghantui saya. Ketika saya mendengar bahwa 11 orang terpidana yang menghancurkan keluarga dan hidup saya, dan mengambil dari saya putri saya yang berusia 3 tahun, telah bebas. Saya kehilangan kata-kata. Saya masih lemas, “ demikian rilis sikap Bilkis Bano disampaikan pengacarnya Shobha.
“Hari ini, saya hanya bisa mengatakan ini – bagaimana keadilan bagi wanita mana pun bisa berakhir seperti ini? Saya mempercayai pengadilan tertinggi di tanah kami. Saya memercayai sistemnya, dan saya perlahan-lahan belajar untuk hidup dengan trauma saya,” tambahnya.
“Pembebasan para terpidana ini telah merenggut kedamaian saya dan menggoyahkan keyakinan saya akan keadilan,” katanya. “Kesedihan saya dan keyakinan saya yang goyah bukan untuk diri saya sendiri tetapi untuk setiap wanita yang berjuang untuk keadilan di pengadilan.”
Ia mengaku, meski dirinya adalah korban, selama ini tidak ada yang bertanya tentang keselamatan dan kesejahteraannya. “Saya memohon kepada Pemerintah Gujarat, tolong batalkan keputusan ini. Kembalikan hak saya untuk hidup tanpa rasa takut dan damai. Harap pastikan bahwa keluarga saya dan saya tetap aman,” katanya.
Sebagaimana diketahui, 11 orang yang dihukum karena pemerkosaan Bilkis Bano telah dibebaskan oleh pemerintah Gujarat setelah 15 tahun penjara. Di tengah kemarahan seluruh negeri atas pembebasan pria tersebut, CK Raulji telah mendukung para pria tersebut, yang dimanjakan dengan permen dan karangan bunga setelah pembebasan mereka, kutip laman NDTV.
CK Raulji adalah salah satu dari dua pemimpin partai nasionalis Hindu, BJP yang merupakan bagian dari panel pemerintah Gujarat yang dengan suara bulat memutuskan untuk membebaskan para pemerkosa. “Saya tidak tahu apakah mereka melakukan kejahatan atau tidak. Tapi harus ada niat untuk melakukan kejahatan,” terdengar CK Raulji memberi tahu reporter dari Mojo Story.
“Saya tidak tahu apakah mereka melakukan kejahatan atau tidak. Tapi harus ada niat melakukan kejahatan,” kata MLA. “Mereka adalah Brahmana dan Brahmana dikenal memiliki sanskaar yang baik. Mungkin ada niat buruk seseorang untuk menyudutkan dan menghukum mereka,” tambahnya dengan membela bahwa para narapidana, memiliki perilaku yang baik selama di penjara.
Dalam menghadapi rentetan kritik, pemerintah Gujarat membela keputusannya, mengatakan pihaknya mempertimbangkan permohonan pembebasan sesuai kebijakan 1992, seperti yang diarahkan oleh Mahkamah Agung, karena itu berlaku pada saat vonis pada tahun 2008.
Y Satish Reddy, penyelenggara media sosial Telangana yang berkuasa Telangana Rashtra Samithi telah men-tweet klip video, menyindir sebutan narapidana sebagai “Brahmana dan orang Sanskaar yang baik”.
“BJP MLA #CKRaulji BJP sekarang menyebut sang pemerkosa sebagai ‘Orang Sanskar yang Baik’. Ini adalah pesta terendah yang pernah bisa dilakukan!” tulis melalui akun twitter-nya.
Sebelumnya, Rahul Gandhi dari Kongres menulis ciutan di twitter mengatakan rilis tersebut menampilkan pola pikir BJP terhadap perempuan. Gandhi kecewa para politisi tersebut mendukung pemerkosa.
“Dukungan kepada penjahat menunjukkan pola pikir kecil BJP terhadap perempuan. Apakah Anda tidak malu dengan politik seperti itu, Perdana Menteri ji,” tulis nya.
Bilkis Bano berusia 21 tahun dan hamil lima bulan ketika dia diperkosa selama kerusuhan Gujarat 2002. Tidak hanya diperkosa, tujuh anggota keluarganya dibunuh, di antaranya putrinya yang berusia tiga tahun yang kepalanya dihantam dengan batu, tujuh kerabat lainnya, yang katanya juga terbunuh, dinyatakan “hilang”.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Serangan terhadap Bilkis Bano dan keluarganya merupakan salah satu kejahatan paling mengerikan selama periode kerusuhan yang dimulai setelah 60 peziarah Hindu tewas dalam kebakaran di dalam kereta penumpang di kota Godhra. Kelompok Muslim dituding mulai menyulut api kebakaran di kereta tersebut.
Atas tudingan ini, kelompok Hindu kemudian mengamuk, menyerang para tetangga mereka yang Muslim. Selama tiga hari, lebih dari 1.000 orang tewas, kebanyakan dari mereka adalah Muslim.
Narendra Modi yang saat itu menjadi kepala menteri Gujarat dikritik karena tidak melakukan upaya yang cukup untuk mencegah pembantaian. Dia selalu menyangkal melakukan kesalahan, dan tidak meminta maaf atas kerusuhan tersebut.
Pada 2013, panel Mahkamah Agung juga mengatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menuntut Narendra Modi. Tapi kritik terus berlanjut, menyalahkannya atas kerusuhan yang terjadi berada di bawah pengawasannya.
Serangan terhadap komunitas Muslim makin meningkat tajam sejak BJP membentuk pemerintahan federal pada 2014. Banyak juga yang menyatakan bahwa pembebasan ini bertentangan dengan pedoman yang dikeluarkan pemerintah federal dan pemerintah negara bagian Gujarat.*