Hidayatullah.com– Lebih dari 1.500 anak-anak di Australia diduga kehilangan orang tua karena Covid-19 selama pandemi, menurut perkiraan terbaru.
Studi global yang dilakukan Australian National University (ANU), berdasarkan data tahun 2021, menghitung bahwa untuk setiap 100 kematian terkait Covid di Australia, sekitar 13 orang di bawah usia 18 tahun kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya.
Mengingat Australia memiliki lebih dari 13.000 kematian terkait Covid selama pandemi, itu berarti sekitar 1.700 anak kehilangan setidaknya satu orang tua.
Angka yatim-piatu untuk Australia diekstrapolasi oleh ANU dari perkiraan global.
Peneliti melihat distribusi kematian akibat Covid dan usia orang tua untuk memperkirakan jumlah anak yatim. Dari kematian terkait Covid di Australia, hanya sekitar 800 yang terjadi pada orang berusia antara 20 dan 60 tahun.
Peneliti ANU Callum Lowe mengatakan metode perhitungan itu akan menciptakan berbagai “variasi”, tetapi meyakini bahwa angka-angka itu “cukup akurat”.
Alexandra Martiniuk, seorang ahli epidemiologi di University of Sydney, mengatakan bahwa berdasarkan data terkini tentang kematian akibat Covid di seluruh dunia, angka ANU itu mewakili “perkiraan terbaik yang mungkin akan kita dapatkan”.
Dr Michael Lydeamore, seorang pemodel dan ahli epidemiologi penyakit menular di Monash University di Melbourne, mengatakan tidak ada data yang memungkinkan perbandingan dengan jumlah anak yang kehilangan orang tua karena alasan non-Covid.
Namun, dia mengatakan jumlah anak yang kehilangan orang tua karena Covid “pasti lebih tinggi” daripada mereka yang orang tuanya meninggal karena alasan lain, lansir The Guardian Kamis (1/9/2022).
Lowe mengatakan lebih banyak dukungan diperlukan untuk anak-anak yang kehilangan orang tua atau menjadi yatim-piatu selama pandemi, lantaran anak-anak itu menghadapi tantangan kesehatan mental yang unik dan berpotensi “menyebabkan yang lebih buruk di kemudian hari”.
“Kita biasanya memikirkan kematian Covid terutama di kalangan orang tua [tetapi] mereka dapat dan memang terjadi pada orang dewasa yang lebih muda, orang-orang berusia 30-an, 40-an dan 50-an, dan kematian di kalangan usia itulah yang akan menyebabkan anak-anak menjadi yatim-piatu,” katanya.
Dampak lockdown Covid-19 pada kesehatan mental masyarakat telah didokumentasikan dengan baik, terutama di kalangan orang muda.
Dalam survei yang dirilis Australian Human Rights Commission, 41% anak-anak mengatakan pandemi berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Sebagian besar responden mengaku khawatir tidak masuk sekolah dan memiliki lebih sedikit waktu bersama teman dan keluarga mereka.
Penelitian ANU itu menemukan rata-rata global anak-anak kehilangan orang tua karena Covid disebabkan oleh sejumlah faktor variabel seperti tingkat kesuburan, kemiskinan, dan penyakit tidak menular serta disparitas vaksin.
Martiniuk mengatakan studi global itu penting untuk perencanaan pandemi di masa depan, dan untuk memastikan vaksin didistribusikan secara adil dan secepat mungkin.
“Kita juga perlu mengakui bahwa yatim-piatu juga terjadi di sekitar HIV-Aids, tuberculosis dan penyakit-penyakit lain,” kata Martiniuk.
Sebuah studi pemodelan di Lancet menunjukkan lebih dari 5,2 juta anak di seluruh dunia telah terkena dampak berupa kematian orang tua atau kematian orang yang mengasuhnya akibat Covid-19.*