Hidayatullah.com– Faezeh Hashemi, putri dari bekas presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani, ditangkap di Teheran oleh pasukan keamanan karena “menyulut kerusuhan” yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini, gadis Kurdi yang disiksa aparat hingga tewas karena dianggap tidak mengenakan hijab sesuai aturan.
Sebelum ditangkap, Faezeh Hashemi mengatakan pemerintah Iran menganggap aksi protes beberapa hari terakhir sebagai “kerusuhan” dan “hasutan” guna menekan demonstran, dan menjadi alasan untuk penangkapannya, lapor situs milik Radio Farda seperti dilansir Arab News Kamis (29/9/2022).
“Yang ingin disampaikan [pihak berwenang] adalah bahwa ini bukan protes, itu kerusuhan, tetapi sebenarnya itu adalah protes,” kata Hashemi dikutip oleh Radio Farda berdasarkan rekaman suara yang diterimanya.
“Mereka yang melihat aksi protes tahu bahwa, misalnya, jika pemuda membakar tong sampah, itu karena [pasukan keamanan] menggunakan gas air mata dan mereka ingin menetralisirnya; atau ketika mereka memukuli anggota pasukan keamanan itu karena mereka telah diserang dan mereka membela diri,” katanya.
Sementara itu, ratusan akademisi mengeluarkan surat terbuka yang mendesak komunitas feminis untuk bergabung membangun solidaritas transnasional dengan perempuan dan kelompok terpinggirkan di Iran.
Surat itu ditandatangani oleh para akademisi termasuk dari universitas-universitas di Eropa, Amerika Serikat, Kanada dan Australia yang mengatakan bahwa kematian Amini adalah satu di antara banyak pembunuhan lain yang dilakukan dan disengaja oleh rezim Iran yang menerapkan gender-apartheid.*