Hidayatullah.com—Ribuan warga Muslim di Kota Haldwani di Uttarakhand, India memenuhi jalan-jalan dalam upaya menyelamatkan rumah mereka dari penghancuran pihak pemerintah.
Pengadilan Tinggi di Uttarakhand sebelumnya mengeluarkan perintah bahwa sekitar 4.500 rumah di daerah Banbhoolpura di Haldwani yang diklaim telah dibangun di atas tanah milik Indian Railways.
Penduduk di daerah tersebut bersikeras bahwa tanah tersebut bukan milik Indian Railways dan keputusan pengadilan jelas telah mengabaikan hak mereka.
Kasus tersebut kini telah dibawa ke Mahkamah Agung India dan jika keputusan pengadilan tinggi negara bagian ditegakkan, maka lebih dari 50.000 penduduk yang sebagian besar beragama Islam akan terancam kehilangan tempat tinggal alias terancam menjadi gelandangan.
“Saya tinggal di sini selama 30 tahun. Ada beberapa keluarga yang telah memiliki rumahnya di tanah ini selama enam atau tujuh dekade. Kami memiliki surat-surat untuk tanah kami. Kami membayar pajak,” kata Sharafat Khan, penduduk lokalitas di kota Haldwani di Uttarakhand dikutip laman thehindu.
Ia menambahkan bahwa di antara 4.000 keluarga yang telah mendapatkan pemberitahuan, sekitar 1.000 adalah Hindu sementara 3.000 adalah Muslim.
Haldwani terletak di distrik Nainital merupakan salah satu kota kawasan komersial utama, terletak sekitar 270 kilometer dari New Delhi. Kawasan Banbhoolpura dihuni oleh masyarakat dengan berbagai latar belakang pendapatan.
“Kami memiliki dokumen untuk tanah ini, kami membayar pajak dan tagihan listrik,” kata Aneesur Rahman, 40 tahun.
Kawasan seluas sekitar 4,5 kilometer persegi ini memiliki 15 sekolah swasta dan beberapa sekolah negeri yang menyediakan pendidikan bagi hampir 4.500 anak. Selain itu, kawasan ini juga dilengkapi dengan 10 masjid, 12 madrasah, dan empat pura.
“Selama 63 tahun saya tinggal di sini. Sekarang kami diberitahu bahwa kami tinggal di tanah yang dirambah. Kami berharap mendapat keadilan di Mahkamah Agung,” kata Abdul Mateen Siddiqui, anggota Partai Samajwadi di Uttarakhand.
Cendekiawan India Ashok Swain mengunggah sebuah video di mana terlihat bahwa umat Islam yang terdampak sedang menangisi keputusan penggusuran yang tidak adil. Mereka berdoa menentang keputusan kejam pemerintah India.
Ashok mengatakan hanya rezim yang brutal dan tidak berperasaan yang dapat berpikir untuk membuat begitu banyak orang kehilangan tempat tinggal di tengah musim dingin!
Ia juga mengunggah video di mana para wanita Muslim mengadakan aksi protes dengan menyalakan lilin, menentang penghancuran rumah mereka. Sehari sebelumnya, ekstremis Hindu telah membagikan trisula di antara ratusan orang di negara bagian Rajasthan, India, tampaknya untuk memprovokasi melawan minoritas (muslim).
Supremasi Hindu semakin terlibat dalam aktivitas kekerasan terhadap minoritas. Intoleransi terhadap Muslim dan kelompok minoritas lainnya meningkat di India yang dipimpin Narendra Modi dengan memanfaatkan kelompok ekstremis Hindu menggunakan kekerasan, intimidasi, dan pelecehan terhadap minoritas setiap hari di negara tersebut.
Baru-baru ini, sebuah gereja dirusak dan patung Bunda Maria dihancurkan di negara bagian Chhattisgarh. Sebuah klip video yang viral di media sosial memperlihatkan massa yang beringas sedang sibuk membongkar patung Bunda Maria.
Politik Buldoser
Buldoser telah menjadi senjata di tangan pemerintah nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) India untuk menghancurkan rumah dan mata pencaharian komunitas minoritas Muslim.
Tahun 2022, pihak berwenang di Kota Prayagraj (sebelumnya Allahabad) merobohkan rumah aktivis politik Javed Mohammad. Rumah tersebut dituding dibangun secara ilegal namun klaim ini dibantah keluarganya.
Para pengkritik mengatakan alasan sebenarnya di balik pembongkaran tidak ada hubungannya dengan dugaan ilegalitas bangunan. Justru karena pemilik rumah vokal dalam mengkritik pemerintah.
Bahkan pernah ketika berkunjung ke Uttar Pradesh, PM Modi mengatakan: “Ketika buldoser itu menggilas para mafia, menggilas bangunan ilegal, tapi orang yang memeliharanya juga merasakan sakit.”
Setelah pernyataan Modi, buldoser digunakan untuk menghancurkan rumah, toko, dan tempat usaha warga Muslim di negara bagian Madhya Pradesh dan ibu kota India, Delhi.*