Hidayatullah.com–Suasana memilukan yang terjadi di Kota Aleppo, membuat seorang wanita menerbitkan sebuah surat yang isinya meminta fatwa bunuh diri, meski itu tahu dilarang dalam Islam.
Para muslimah di Aleppo ini menjerit dengan meminta fatwa pada ulama apakah mereka boleh bunuh diri atau membunuh anak perempuan mereka akibat teror perkosaan massal oleh tentara pro diktator Bashar al-Assad dan sekutunya.
Kabar ini kemarin menjadi viral dan membuat kecemasan luarbiasa atas pengepungan wilayah timur akibat gempuran tentara pemerintah dibantu Rusia.
Kondisi di Aleppo yang kian mencekam, anak-anak meregang nyawa, para wanita diperkosa, membuat seorang Muslimah bahkan ingin melakukan bunuh diri karena tidak ingin kehormatanannya dirampas oleh pasukan loyalis Assad. Surat yang ditulis oleh Muslimah itu tersebar secara viral.
Perawat Suriah di Aleppo dilaporkan telah menerbitkan sebuah surat yang menyatakan niat nya melakukan bunuh diri untuk menghindari perkosaan, mengatakan dia tidak peduli tentang penghukuman ini dapat membawa dari orang-orang yang mengatakan bunuh diri adalah dilarang dalam Islam.
Seorang perawat perempuan yang tidak diketahui namanya menulis bahwa bunuh diri dilakukannya karena tidak ingin beberapa anggota rezim Assad memperkosanya. Seperti ini suara hati mereka yang jadi viral di media sosial.
“Aku melakukan bunuh diri bukan karena tidak ada alasan, tetapi karena aku tidak ingin anggota rezim Bashar al Assad menikmati memperkosa aku, sementara baru kemarin mereka takut untuk mengucapkan kata ‘Aleppo’.
Aku melakukan bunuh diri karena hari kiamat telah terjadi di Aleppo dan aku tidak pernah berfikir neraka akan lebih buruk daripada ini.
Aku melakukan bunuh diri dan aku tahu kalian semua akan bersatu atas masuknya aku ke neraka dan akan menjadi satu-satunya persoalan kalian bersatu atas bunuh dirinya seorang wanita.
Aku bukan ibu atau saudara perempuan atau istri kalian … tapi seorang wanita yang tidak akan kalian pedulikan.
Aku akan menyimpulkan dengan mengatakan bahwa vonis Anda tidak berarti bagi aku jadi simpanlah untuk diri sendiri dan keluargamu.
Aku melakukan bunuh diri. .
Dan ketahuilah, saat membaca ini, ketahuilah bahwa aku telah meninggal dalam keadaan suci dibanding semua orang.”
**
Surat diterbitkan pada Jaboubia, website di Lebanon, yang menulis bahwa perawat itu melakukan bunuh diri setelah ia menyaksikan dua rekan-rekan lain yang diperkosa depannya.
“Keluarga-keluarga di Aleppo bertanya kepada para akademisi keagamaan apakah diizinkan membunuh putri mereka sebelum ditangkap dan diperkosan oleh (pasukan) Assad, Hizbullah, dan milisi Iran!” ujar seorang aktivis hak asasi manusia, Hussam Ayloush, melalui akun Facebook pribadinya, Senin (12/12/2016) dikutip CNN.
Kabar lain juga beredar secara cepat di internet dari sumber yang belum bisa diketahui. Dikutip The Daily Beast, pesan itu berbunyi; “Apakah diizinkan seorang pria Sunni dari Aleppo membunuh istri atau saudaranya guna menyelamatkan dari perkosaan oleh Syiah?”
Pertanyaan serupa juga diterima oleh Muhammad Al-Yaqoubi, pemimpin keagamaan di Suriah yang selama ini kerap mengkritik Bashar Assad dan pemimpin tertinggi ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi.
“Kami menerima pertanyaan dari Aleppo yang isinya seperti ini, ‘Bolehkah seorang pria membunuh istri atau saudara perempuannya sebelum mereka diperkosa oleh pasukan Assad di depan mata sendiri?'” kata Yaqoubi, melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (13/12/2016).
Berbagai pertanyaan ini bermunculan setelah pasukan pro Bashar dilaporkan mulai menguasai sebagian besar wilayah Kota Aleppo dari tangan para kelompok opisisi pada Senin (12/12/2016).
Di hari itu, hampir dua ratus orang dieksekusi di wilayah Aleppo yang sebelumnya dikuasai oleh oposisi itu, termasuk perempuan dan anak-anak. Menurut laporan aktivis di lapangan, kebanyakan eksekusi dilakukan oleh milisi Hizbullah.
Namun, seorang sumber mengonfirmasi kepada Al-Arabiya bahwa milisi loyalis Assad juga membunuh sembilan anak dan empat perempuan dengan cara membakarnya hidup-hidup hingga tewas.
Ketakutan pemerkosaan massal ini kemudian merebak setelah seorang aktivis HAM mengunggah pesan yang disebut berasal dari seorang gadis di Aleppo. Melalui surat tersebut, gadis itu menjelaskan alasannya bunuh diri.
“Saya bunuh diri agar tubuh saya tidak menjadi sarana pemuas hasrat mereka yang bahkan tak berani menyebut nama Aleppo beberapa hari lalu,” tulis gadis tersebut.
Menutup pesannya, gadis itu menulis, “Saya bunuh diri dan ketika kalian membaca ini, kalian harus mengetahui bahwa saya meninggal dengan murni, tidak tersentuh oleh kalian semua.”
Kabar ini mengejutkan dan menyentuh hati jutaan orang di seluruh dunia.
Sebagaimana diketahui, sejak Selasa, tentara pro Rezim Suriah Bashar al Assad dan sekutunya (Rusia dan Iran) telah mengambil alih Aleppo timur, hanya menyisakan lima persen dalam kontrol kelompok oposisi.
Serangan milisi pro Bashar di Aleppo timur telah memicu kecaman internasional, sementara penduduk yang terkepung belum lama ini melaporkan kondisi mengerikan dengan cara live streaming melalui media sosial guna menyampaikan ‘pesan perpisahan’ untuk terakhir kali.
PBB mengatakan pada hari Selasa, organisasi itu telah menerima laporan sejumlah warga sipil yang sedang dieksekusi pasukan pro-Bashar al Assad dan sekutunya milisi Syiah. Menurut PBB, setidaknya 82 warga tewas selama serangan, termasuk 11 perempuan dan 13 anak-anak.
Puluhan mayat dilaporkan berserakan di jalanan di Aleppo timur, sementara penduduk tidak dapat mengambil jasad mereka karena pemboman dan penembakan masih dilakukan secara intens.
Sejak kemarin, pemerintah Turki dilaporkan sedang melakukan negosiasi dengan Rusia untuk mengevakuasi warga sipil dan anggota kelompok pembebasan Suriah yang sedang dikepung. Diperlukan beberapa hari untuk bisa melakukan evakuasi ini.*