Hidayatullah.com—Penghargaan Magsaysay Award 2008 itu diberikan kepada Mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif oleh The Board of Trustees of the Ramon Magsaysay Foundation (RMAF) di Jakarta, Kamis kemarin.
Syafi’i Ma’arif, adalah pendiri Maarif Institute for Culture and Humanity. Dalam surat pemberitahuan yang dikirim via surat elektronik kepada Maarif Institute, Syafii Maarif meraih Magsaysay Award 2008 dalam kategori Peace and International Understanding.
"Ahmad Syafii Maarif menerima award ini karena komitmen dan kesungguhannya membimbing umat Islam untuk menyakini dan menerima toleransi dan pluralisme sebagai basis untuk keadilan dan harmoni di Indonesia bahkan di dunia," jelas Carmencita T. Abella, Presiden RMAF.
RMAF didirikan pada April 1957 di Manila dan sejak tahun 1958 memberikan penghargaan kepada individu dan lembaga di Asia tanpa memandang suku, agama, jenis kelamin dan kewarganegaraan. Penghargaan tersebut diberikan untuk enam kategori (1) government service, (2) public service, (3) community leadership, (4) journalism, literature, and creative communication arts (5) peace and international understanding dan (6) Emergent Leadership.
Magsayasay Awards diambil dari nama Ramon Magsaysay, nama seorang mantan Presiden Filipina. Penghargaan diserahkan secara tahunan bagi tokoh-tokoh di Asia.
Penerima "Magsaysay Award 2004" antara lain Haydee Yorac (Filipina) untuk kategori pelayanan pemerintahan; Prayong Ronnarong (Thailand) untuk kategori kepemimpinan komunitas; Abdullah Abu Sayeed (Banglades) untuk bidang jurnalisme, sastra, dan seni komunikasi kreatif; Laxminarayan Ramdas (India) untuk kategori perdamaian dan hubungan internasional. Juga ada nama Ibn Abdur Rehman (Pakistan) dan Benjamin Abadiano (Filipina).
Dari Indonesia, sebelumnya juga ada nama Mohtar Lubis dan Pramoedya Ananta Toer, sastrawan zaman Orde Baru yang pernah dijebloskan ke Pulau Buru karena keterlibatannya terhadap organisasi terlarang. Ada pula nama Abdurrahman Wahid dan Dita Indah Sari, aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), yang pernah ditengarai pemerintah agak "berbau" Komunis.
Paham Pluralisme
Ahmad Syafi'i Ma'arif adalah mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah. Selain kader Muhammadiyah, dia dikenal sebagai seorang ilmuwan, tepatnya guru besar Ilmu Sejarah di IKIP Yogyakarta. Setelah menjabat sebagai Pejabat Sementara (Pjs) Ketua Umum PP Muhammadiyah tahun, 1999 -2004, Ahmad Syafii Maarif tiba-tiba banyak berbicara masalah pluralisme agama termasuk menyangkut masalah-masalah hukum Islam (fikih). Ia, tak segan-segan 'menyerang' kelompok Islam bahkan MUI.
Lulusan Sejarah dari Universitas Ohio, Amerika Serikat (AS) tahun 2005 pernah mengeluarkan istilah “preman berjubah” yang banyak dikutip kaum liberal. Tahun 2005, ia pernah meminta agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengkaji kembali fatwa tentang pluralisme dengan alasan, para ulama ini tak paham pluralisme.
“Bangsa ini masih ada banyak masalah. MUI seharusnya belajar banyak lagi masalah pluralisme,” katanya dikutip Koran Sinar Harapan. [cha, berbagai sumber/hidayatullah.com]