Hidayatullah.com–Sekitar 300 personel gabungan dari Polwiltabes dan Polres Surabaya menjaga ketat aksi demo Forum Umat Islam (FUI) Jatim di Konsulat RRC Jalan Mayjend Sungkono, Surabaya, Rabu (22/7/2009) kemarin. Masa yang menuntut agar pemerintah China menghentikan pembantaian Muslim Uighur itu diwarnai dengan penjagaan ketat polisi.
Dengan menggunakan tameng anti huru-hara dan beberapa senjata laras panjang, polisi berjaga di beberapa titik. Ada yang di depan Gedung Konjen dan juga yang menjaga di depan massa yang berdemo.
Dalam penjagaan, polisi membuat tapal batas aksi dengan karpet berwana kuning, yang berjarak sekitar 100 meter dari arah Gedung Konsulat RRC.
Tak hanya itu, untuk menghalau agar masa tak sampai masuk menuju Konjen, polisi membagi dua lapis pasukan. Satu di depan masa, sedang yang lainnya, berada tak jauh lengkap dengan tameng anti huru-hara.
Meski orasi yang disampaikan sejumlah perwakilan ormas sempat memaskan suasana. Seperti yang diorasikan perwakilan FPI, “Ayo, kita masuk ke Konsulat, jika pihak Konsulat tidak memberikan klarifikasi perihal pembantaian muslim Uighur,” teriaknya. Namun, orasi itu tidak sempat menimbulkan aksi anarkisme dan bentrok dengan polisi.
Masa yang berjumlah sekitar 250 dari sejumlah ormas, seperti FPI, FPIS, Muhammadiyah dan lainnya itu tidak sampai melewati batas yang dijaga polisi. Demo berjalan aman itu hanya saja membuat laju kendaraan di lajur kiri Jl. Mayjen Sungkono berjalan padat merayap. Keadaan tersebut berangsur pulih setelah masa membubarkan diri. [ans/hidayatullah.com]