Hidayatullah.com—Berbeda dengan biasanya, di saat rakyat Indonesia merayakan hari Kemerdekaan ke-64, di Papua dan Belanda justru terjadi pengibaran bendera Bintang Kejora.
Bendera Bintang Kejora berkibar pada tanggal 15 Agustus, di saat ribuan warga Indonesia di Belanda tengah bersuka ria menikmati makanan, musik, dan tari tradisional di pelataran Sekolah Indonesia Nederland (SIN). Juga di depan pintu gerbang SIN di Wassenaar, kota kecil dekat Den Haag, terlihat para demonstran. Salah satunya adalah Oridek Ap dari gerakan Free West Papua.
“Kami berdiri di sini untuk kasih informasi kepada masyarakat Indonesia dan masyarakat Belanda tentang apa yang terjadi di Papua, tentang penjajahan yang ada di Papua.”
Oridek Ap tidak mengakui bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia. Menurut dia, kawasan itu dijajah oleh Indonesia karena waktu Proklamasi 17 Agustus 1945, Papua tidak termasuk. Masuknya kawasan itu ke NKRI, tambah aktivis Papua Barat ini, adalah hasil manipulasi negara-negara luar, seperti Amerika dan Belanda.
Senada dengan Oridek Ap, Chris van de Klauw juga mendukung kemerdekaan rakyat Papua. Pria Belanda yang juga ikut berdemonstrasi itu menyesalkan pemerintah Belanda yang kurang memperhatikan lagi perjuangan kemerdekaan Papua.
Pemerintah Belanda bungkam, katanya, dengan dalih tidak mau mengganggu hubungan baik dengan RI. Menurut Van der Klauw, Belanda tidak konsisten.
“Saya dengar pemerintah Belanda teriak tentang apa yang terjadi di dunia. Tapi dalam kasus ini mereka hampir tidak bicara. Saya menyayangkan itu. Dengan cara ini, setidaknya kami ingin memperlihatkan bahwa Bintang Kejora masih ada dan masih ada negara yang berteriak minta perhatian dan minta merdeka,” ujar Chris van de Klauw.
Kasus Abepura
Di saat yang sama, insiden pengibaran bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM) Bintang Kejora juga terjadi di Distrik Abepura, Papua. Peristiwa terjadi tanggal 17 Agustus 2009, tepat pukul 06.00 WIT, menjelang perayaan hari Kemerdekaan.
Pengibaran Bintang Kejora dilakukan oleh orang tidak dikenal di sebuah perbukitan di Kelurahan Asano, Distrik Abepura, Papua. Bintang Kejora ditancapkan di atas tiang bendera setinggi tiga meter.
Sementara itu, kurang sehari acara perayaan Kemerdekaan, suasana mencekam melanda kawasan PT Freeport, Papua. Saat itu, bus milik Freeport ditembak kelompok bersenjata.
Insiden penembakan bus Freeport itu terjadi Ahad (16/8) pukul 15.00 WIT di kawasan mile 42, tepatnya pada ruas jalan yang menghubungkan antara Timika dengan Tembagapura.
Sebelum ini, kasus penembakan di areal PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, mengakibatkan tiga orang meninggal dunia dan tujuh orang lainnya luka-luka.
Kepala Suku Kampung Babrongko Jayapura, Papua, Ramses Wally SH di Jayapura, mengatakan, kasus penembakan di areal PT. Freeport sudah sering terjadi.
Hanya saja, meski kegiatan seperti ini juga merupakan tindakan “teror” dan juga masuk kegiatan merongrong NKRI, tak satu pun aparat, pengamat atau media menyebutnya sebagai “teroris”. [cha, berbagai sumber/hidayatullah.com]