Hidayatullah.com—Pernyataan ini disampaikan oleh Hafidz Abdurrahman, Pimpinan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Menurut Hafidz, isu terorisme yang sudah terus-menerus menyudutkan Islam ini dirasakan seperti permainan bandul. Satu bola bandul ditarik atau didorong dengan keras bandul yang lain tersentuh dan menyebabkan getaran.
“Upaya permainan bandul itu terlihat ketika aparat keamanan dan media mencoba mengidentikkan sejumlah ajaran dalam Islam sebagai kebiasaan para pelaku teroris,” ujarnya di Wisma Antara, Jakarta.
Efek bandul ini mulai dirasakan umat Islam ketika aparat mulai mengidentifikasi secara “liar” orang-orang yang diidentikasi teroris. Misalnya, ada seorang aparat mengatakan ciri-cirinya memelihara jenggot, menggunakan cadar, berbekam atau memakai jubah.
Bahkan menurut Hafidz, sampai-sampai ada yang mengaitkan terorisme alumnus pesantren atau pengguna obat-obat herbal.
Menurut Hafidz, jika ini terus dibiarkan, umat Islam akan kehilangan kepercayaan. Apalagi yang jelas musuh-musuh Negara justru tak mendapat stigma seburuk kaum Muslim.
“Kenapa para koruptor tidak pernah diusut latar belakang pendidikan dan aktivitasnya, seperti halnya para pelaku teroris yang selalu dikait-kaitkan dengan pesantren oleh berbagai pihak,” tegasnya.
Hafidz menilai, seharusnya aparat menilai pemboman Ritz Charlton dan JW Marriot merupakan kriminalitas murni.
Menurut Hafidz, bagaimanapun permainan “bandul” ini tak bisa dilepaskan dengan gerakan tersembunyi yang sudah dirancang secara baik oleh sebuah kekuatan global.
“Permainan bandul tadi tidak bisa lepas dari skrenario global yang dilakukan negara-negara besar. Tujuannya adalah mempertahankan penjajahan mereka,” jelas Hafidz. [syafaat/hidayatullah.com]