Hidayatullah.com–Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam yang menampung santri seharusnya menjadi mandiri. Kemandirian itu bisa diupayakan dengan mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki lembaga tersebut. Hal itu itu dikatakan Pimpinan Pesantren Modern Darussalam, Gontor Ponorogo, K.H. Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, dalam talkshow di Kongres Kebangkitan Ekonomi Indonesia (KKEI) di Solo Convention Center Jumat (24/06/2011).
Kiai Syukri mengatakan, di pesantren Gontor, kemandirian itu telah lama diwujudkan. Segala kebutuhan sehari-hari santri, dari jajan, sabun mandi dan sebagainya telah disiapkan. Pesantren pun melarang santri membeli di luar.
Hasilnya cukup memuaskan. Untuk jajanan santri pesantren bisa meraup untung.
“Dari jajan saja sebulan bisa meraup untung 30 juta,” katanya di depan ratusan peserta.
Belum lagi dari bidang lainnya, seperti toko bangunan, penggilingan padi, percetakan, swalayanan dan lain sebagainya. Dari itu semua, per bulan, pesantren bisa meraup milyaran rupiah. Seperti percetakan, pesantren bisa mencetak kitab-kitab pelajaran dan mendistribusikannya ke sekitar 211 pesantren cabang Gontor di berbagai daerah.
Untuk memperluas cakupannya, pesantren Gontor memperluas jaringan dengan 211 cabangnya. Seluruh keperluan santri, seperti baju, kaos seragam dan sebagainya berasal dari Gontor pusat.
“Kita sengaja memadirikan ekonomi pesantren,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, hingga kini, Pondok Modern Darussalam Gontor telah memiliki santri sekitar 12 ribu dari seluruh cabang.
Anehnya, meski pesantren ini memiliki bisnis dengan omset milyaran rupiah, ia mengaku tidak mendapat honor dari pesantren.
“Saya tidak dapat gaji bulanan dari pesantren,” tegasnya. “Karena saya menolong agama Allah, maka Allah menolong saya,” ujar putra pertama dari KH. Imam Zarkasyi –salah seorang Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam– ini penuh makna.*