Hidayatullah.com– Muslim yang berperadaban Islam berarti sudah tercerahkan oleh agama. Jika telah tercerahkan, dia tidak akan membuang sampah sembarangan. Jika sembarang membuang sampah, berarti masih bermental seperti orang Badui yang belum berperadaban.
Demikian salah satu intisari pesan yang disampaikan Pimpinan Umum Hidayatullah Ustadz Abdurrahman Muhammad, dalam tausiyahnya di depan ratusan santri dan peserta Dauroh Murobbi Wustho Nasional di Masjid Ummul Quraa, Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, Jumat (4/10/2013) Shubuh.
“Jangan kebiasaan sampah tercecer, ini (mental) Badui,” seru Ustadz Abdurrahman, seraya mengingatkan jamaah akan kisah seorang Arab Badui (masyarakat udik/pedalaman) yang kencing di masjid pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam silam.
Sebagai contoh dalam menjaga kebersihan, saat meminum air gelas mineral, Abdurrahman menghimbau agar gelasnya dibuang pada tempat sampah. Bukan dicecer sembarangan.
Pentingnya menjaga kebersihan ini, menurutnya, merupakan bagian dari aplikasi Membangun Peradaban Islam sebagai visi ormas Hidayatullah.
Abdurrahman juga mengatakan, menjadi Muslim yang tercerahkan dimaksudkan untuk membangun masyarakat yang juga tercerahkan. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sebagai Nabi.
“Nabi artinya orang yang melakukan pencerahan,” ujarnya.
Sehingga, lanjutnya, ketika Nabi telah tiada, fungsi kenabian bisa dilaksanakan para murabbi atau pembimbing umat.
“Jadilah murabbi, jadi pencerah supaya umat tercerahkan. Secara jiwa, moral, keterampilan, spritual, dan lain-lain,” serunya.
“Maka kalau kita lihat hampir-hampir yang membangun peradaban adalah orang-orang yang terampil tangannya,” lanjutnya, seraya menyebut Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Untuk itu, kepada para murabbi, dia berpesan agar meluruskan niatnya dalam berdakwah. Meluruskan niat ini penting, dan hanya bisa dilakukan jika terus dicerahkan.*