Hidayatullah.com—ES, korban dugaan pemerkosaan oleh seorang Kapolsek berinisial M di Jember menceritakan mengapa dirinya perlu melaporkan kasusnya hingga terungkap ke publik.
Menurut ES, awalnya ia mengaku tak sanggup lagi menahan rasa bersalah pada dirinya tentang kejadian buruk yang dialami pada awal tahun 2011.
Setelah lama ditutup-tutupi, ia akhirnya menguatkan diri untuk bercerita pada suaminya, Kardi, yang dikenal berprofesi sebagai kameramen.
“Awalnya saya takut untuk bercerita pada suami, saya pun menahan diri sekitar 8 bulan lamanya. Sebenarnya suami sudah berulang kali menanyakan perihal itu kepada saya, tapi saya tak kuat untuk jujur padanya,” ujar ES, kepada hidayatullah.com yang menemui langsung di kediamannya di Jember Jawa Timur.
Menurut ibu dua anak ini, momen kejujurannya datang ketika ia dan suami selesai melakukan shalat Isya’ berjamaah di ruang ibadah keluarga.
Sehabis shalat ia dan suami berbaring santai sejenak sambil ngobrol-ngobrol kecil. Saat itulah wanita asli Jember ini memberanikan diri menuturkan semua kejadian yang menimpa dirinya dengan sejujur-jujurnya.
“Dalam hati saya berkecamuk, saya ini orang yang belajar agama, Ngaji. Suami saya pun membimbing saya mempelajari agama ini tapi mengapa gak berani menuturkan kebenaran. Di malam itu saya pun bercerita semuanya pada suami,” ucap wanita yang mengaku menggunakan hijab semenjak menikah.
Baginya, mengungkapkan kejujuran kepada sang suami merupakan hal berat baginya berbagai konsekwensi yang harus diterima, tapi inilah hal yang harus dia lakukan untuk mendapat ketenangan hidup.
” Suami marah besar, saya hanya pasrah menerima semua kemarahannya, inilah konsekwensi yang harus saya jalani,” ungkapnya.
Jika tak jujur ia mengaku tak pernah merasakan ketenangan dalam hidupnya. Oleh karena itu menguatkan diri untuk mengatakan sejujurnya pada suami.
“Saya tidak pernah merasa tenang dengan masalah ini. Hidup saya penuh dengan kecemasan, hati risau, gundah-gulana, dan Alhmadulillah sejak jujur padanya pada akhir tahun 2011 ketenangan mulai menghampiri, meskipun kejujuran saya ini masih menjadi awal dari semua permasalahan,” tuturnya.
Sang suami mulai mencoba mencari kebenaran dan menanyakan langsung perihal kejadian kepada sang pelaku yang juga teman dekatnya.
Pelaku yang juga teman dekat suami korban pada waktu itu menjabat sebagai Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan Jember.
“Saya hubungi dia menanyakan tapi si M tidak mau mengaku, malah mengatakan saya membuat fitnah,” ujar pria yang berasal dari Dompu ini.
Setelah berdiskusi dengan berbagai pihak akhirnya kasus ini di laporkan kepada Polres Jember sekitar bulan Mei 2012.
Kemudian Polres Jember melimpahkan kasusnya kepada Propam.
“Setelah saya laporkan kasus ini pada Polres Jember, kemudian di pindahkan ke Propam, tapi setelah enam bulan kasus itu buntu karena tidak memiliki bukti kuat,” ucap pria yang mengaku pernah aktif belajar mengaji salaf di Masjid Abu Hurairah Lombok Barat ini.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Berlanjut Meski Aib
Setelah laporannya di Polres Jember belum berbuah juga, ia pun berinisiatif mengajukan pelaporannya kepada Polda Jatim.
“Sebenarnya ini aib keluarga tapi saya harus bagaimana lagi, seanadainya si M itu jujur dan datang kepada saya dan meminta maaf kondisinya tak seheboh sekarang,” ujarnya pada hidayatullah.com.
Menurutnya ia pun malu dengan kondisi kasus ini seperti ini sekarang, tapi untuk mencari kebenaran dan keadilan ia harus kuat menempuhnya.
Ia bersama sang istri tidak berharap apa-apa atas kasus ini selain mencari rasa keadilan.
“Harapan saya selaku orang kecil kasus ini bisa di ungkapkan secara benar dan adil,” ucap ES.*