Hidayatullah.com- Wakil Amir Majelis Mujahidin (MM) Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdurrahman menyayangkan sikap militer yang mendukung perayaan Asyuro Syiah Nasional 1435 Hijriyah di Balai Samudera, Jakarta Utara. Menurutnya, ritual tersebut tidak dikenal dalam Islam, juga sebagai penghinaan terhadap Allah, Rasulullah dan para sahabat serta kerabat beliau.
“Maka umat Islam, siapapun dia, rakyat biasa, para intelektual Muslim, para aparat negara, tentara, polisi, apapun namanya yang kalau dia Islam, wajib melarang ajaran sesat seperti (Syiah) ini,” seru Abu Jibril dalam orasinya di depan kompleks Balai Samudera, Jalan Boulevard Barat, Kelapa Gading, DKI Jakarta, Kamis, 10 Muharram 1435 H (14/11/2013).
Jibril mengatakan, tujuan aksi damai itu adalah ingin mengajak pihak militer agar bersama-sama membubarkan ritual sesat tersebut.
Menurutnya, perayaan Asyuro adalah bentuk ratapan terhadap mendiang Husain bin Ali bin Abi Thalib. Padahal, kata dia, Islam telah jelas melarang umatnya meratapi orang yang sudah meninggal dunia.
“Apabila seseorang ayahnya meninggal, kemudian dia meratap sambil memukul pipinya, sampai merobek pakaiannya, itu namanya meratap, itu hukumnya haram. Apalagi kalau melukai badan karena meratap kepada Husain,” jelasnya dari atas mobil komando yang dikerumuni 300-an massa dari sejumlah ormas Islam.
Jibril mengungkap, kaum Syiah telah membelokkan sejarah kematian Husain, cucu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dalam sejarah yang benar, ujarnya, sesungguhnya Husain dibunuh oleh orang Syiah sendiri dalam suatu perjalanannya menuju Iraq.
Kemudian, lanjutnya, dengan liciknya orang Syiah membawa mayat Husain dan mengklaim pihak Mu’awiyah sebagai pembunuhnya.
“Ini adalah pembohongan. Oleh karena itu, atas nama kebohongan, atas nama Islam, hari ini (kemarin. Red) mereka menyatakan belasungkawa atas nama Islam yaitu berkabung karena kematian Husain,” imbuhnya.
Olehnya, Jibril mengatakan, sepatutnya ritual Asyuro kemarin tidak mendapat ijin dari pemerintah khususnya kepolisian.
“Karena itu supaya pemerintah Indonesia tidak dibohongi oleh orang Syiah, Kapolri tidak dibohongi oleh orang Syiah, Kapolda tidak dibohongi oleh orang Syiah, Kapolres dan Kapolsek tidak dibohongi oleh orang Syiah, maka (seharusnya) acara ini wajib dibubarkan oleh aparat keamanan,” tegasnya.
Waspada Suriah Jilid
Menurut Abu Jibriel, tatkala ritual tersebut tetap berlangsung, maka apalagi yang akan dilakukan kaum Syiah di Indonesia ini ke depannya.
Dia mensinyalir, jika kelak Syiah telah berkuasa di negeri ini, apakah di kursi legislatif maupun pemerintahan, akan timbul kejahatan seperti yang telah terjadi di Suriah saat ini.
“Karena seluruh kaum Muslimin di manapun di muka bumi, lebih jelek daripada binatang. Maka halal darahnya, halal kehormatannya, halal hartanya. Ini menurut Syiah. Kalau begitu, kita ini calon-calon yang akan dibunuh oleh orang Syiah,” ujarnya yang tampak disimak oleh sejumlah personel kepolisian pengawal acara.
Baginya, sudah cukup tragedi pembantaian umat Islam oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad menjadi bukti kekejian kaum Syiah.
“Ini bukti yang berlaku di Suriah sekarang. Ketika mereka belum berkuasa, tetapi setelah berkuasa Bashar Asyad, umat Islam yang sudah dibunuh 100.000 orang sudah dibunuh atas nama Syiah,” terangnya.
Diberitakan sebelumnya, peringatan Asyuro Nasional 1435 H di Balai Samudera ditentang keras oleh berbagai komponen umat Islam. Meski begitu, pihak militer menghalangi aksi damai umat Islam yang hendak membubarkan ritual tersebut.*