Hidayatullah.com–Pesta rakyat atau kita lebih kenal sebagai Pemilihan Umum (Pemilu) tinggal menghitung hari. Meski sebagian Ormas menyambut pesta demokrasi dengan suka cita, ada pula ormas yang tidak.
Sebagaimana halnya Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) misalnya, yang menyatakan bahwa Pemilu masih berbau mudharat.
Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin (MMI), Irfan S. Awwas terlihat sebagai salah satu pihak yang pesimis terhadap Pemilu. Ia menilai bahwa selama tidak ada perubahan persyaratan dan peraturannya, itu sama saja dan bahkan lebih buruk.
“Selama tidak ada perubahan tentang persyaratan dan undang-undangnya, sama saja, lebih buruk,” kata Irfan Awwas Selasa (25/03/2014) sore saat dihubungi via telepon.
Menyikapi angka golongan putih (golput) yang terus meningkat, MMI berpendapat itu disebabkan adanya mosi tidak percaya terhadap pemimpin yang suka ingkar menunaikkan amanahnya.
Misalkan saja yang telah terpilih ternyata tidak kredibel. Di samping itu, moralnya dinilai cacat. Tidak memenuhi kriteria yang semestinya.
Irfan Awwas menilai selama calon-calon pemimpin tidak memiliki syarat-syarat moral, tidak ada manfaatnya. Sebaliknya, pilihan pada golput-pun juga sama mudharat-nya.
“Baik golput atau memilih itu sama saja mudharatnya bagi bangsa. Tidak ada manfaat bagi yang memilih ataupun tidak memilih.
Baginya akan menjadi kurang manfaat jika ternyata pilihannya tidak kredibel dan cacat moral.
Sebelumnya, MMI mengeluarkan pernyataan bahwa Pemilu adalah perkara mubah. Pemilu dinilai sebagai perkara tidak wajib, dan bagi yang menghindari atau tidak memilih dinilai tidaklah haram.
Dalam pernyataannya, MMI menghimbau agar tidak memilih partai yang memusuhi dan menolak syari’at Islam. Dan mengajak bersatu padu memilih para calon pemimpin parlemen atau presiden yang taat pada syari’at dengan kemauna kuat melaksanakan syari’at Islam.
“Kita pada tahun 2014, MMI sudah membuat tausiah politik. Tausiah pada tahun tersebut sama seperti tahun ini,” tambahnya.*/Robigusta Suryanto