Hidayatullah.com– Menkopolhukam, Wiranto mewacanakan akan menjerat penyebar hoax dengan Undang-Undang (UU) Terorisme. Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, menilai itu adalah pernyataan yang ngawur.
“Pernyataan Wiranto itu pernyataan ngawur, sengawur-ngawurnya. Gak perlu ditanggapi lebih jauh,” ucap Fadli di Jakarta, Jumat (22/03/2019).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu mengibaratkan Wiranto ‘maling teriak maling’. Menkopolhukam Wiranto terkesan seolah-olah menjadi korban padahal pelaku.
“Ini seperti maling teriak maling,” ujar Fadli di lain tempat.
Menurut Fadli, Wiranto sebagai pembantu Presiden Joko Widodo seperti lupa diri bahwa pemerintah sering menyerang oposisi dengan hoax. Terkhusus menjelang Pemilihan Presiden 2019.
“Yang terjadi banyak menyerang mereka yang kritis, kepada pihak Pak Prabowo-Sandi juga banyak sekali diserang hoax. Dituduh macam-macam,” ungkapnya kutip INI-Net.
Fadli lantas meminta Wiranto harus memperhitungkan kembali ucapannya. Karena publik telah mengetahui siapa sebenarnya yang paling banyak memproduksi hoax, petahana atau penantang.
“Jadi saya kira justru produsen hoax itu siapa kita lihat, lebih banyak orang-orang dekat dengan kekuasaan,” tandasnya.
Pada kesempatan yang lain, Fadli membeberkan satu contoh hoax yang telah diproduksi oleh petahana dan sangat merugikan paslon capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Fadli menyinggung sebuah video viral yang mengatakan jika paslon 01 Jokowi-Ma’ruf Amin kalah maka Nahdlatul Ulama (NU) akan jadi fosil. Tak hanya itu, tahlilan serta acara keislaman lainnya akan ditiadakan.
Ia membandingkan kasus seorang ibu-ibu di Karawang, Jawa Barat, yang kini ditahan pihak berwenang. Padahal, kata Fadli, perbuatannya persis ‘sama’ dengan yang dilakukan oleh pendukung Jokowi-Ma’ruf. Tapi diperlakukan secara diskriminatif.
“Harusnya diperlakukan adil. Kalau dianggap sebagai penyebaran hoax, ini lebih hoax lagi. Dengan menyatakan tahlilan, Hari Santri, istigosah ditiadakan di istana, itu jelas tidak ada sama sekali kebenarannya,” ujar Fadli.
Padahal, lanjutnya, jika Prabowo diamanahkan menjadi presiden acara semacam itu akan diperbanyak. Prabowo-Sandi berkomitmen mengembangkan pondok pesantren dan madrasah.
“Kalau perlu kita perbanyak. Itu kan kegiatan-kegiatan yang positif, yang bagus,” pungkasnya.*