Hidayatullah.com–Tidak perlu nongkrong di kafe atau klub malam jika itu dimaksudkan untuk mencari inspirasi. Dekati saja Allah Sang Maha Pemberi inspirasi dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sudah membuat Allah cinta dengan hamba-Nya. Jika Allah sudah cinta, inspirasi akan deras mengalir.
Hal itu disampaikan artis Peggy Melati Sukma, pada Pesantren Kilat (Pesantren Kilat) untuk karyawan dan umum, Sanlat for Executive 2014, Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA), di Jakarta.
Dalam pemaparannya di Hotel Aila, Cikini, Jakarta, Peggy menyarankan peserta untuk belajar dari kesalahannya.
“Dulu kalau mau buat lagu, nongkrongnya di kafe atau klub malam. Mau ngapain coba?” ujar perempuan kelahiran Cirebon 1976 itu. Tapi pada akhirnya inspirasi yang didapat hanya mampu menyenangkan dunia, bukan menyenangkan Allah.
Saat itu lagu-lagunya direspon pasar dengan baik. Kariernyapun meningkat. Diluar karier keartisannya, pencapaiannya tidak hanya di Indonesia saja tapi juga di dunia internasional. Tercatat Peggy pernah mewakili Indonesia pada acara Forum Pemimpin Muda ASEAN di Cebu, Filipina. Ia juga pernah menjadi perwakilan Indonesia pada acara 50 Tahun Komisi Hukum Perempuan PBB di New York, Amerika Serikat. Sederet pencapaian lainnya diraih oleh perempuan berbakat ini.
Paska hijrahnya, inspirasi seperti tak terbendung. Mengalir begitu saja dan ia berharap agar bisa menggunakannya di jalan dakwah. “Sampai –sampai asisten saya kaget, kok lagunya cepet amat sudah jadi. Kapan bikinnya?”ujar Peggy sambil tertawa kecil tentang lagu religi yang akan dirilisnya.
Takwa Jalan Ridha Allah
Lebih lanjut, Peggy mengatakan, jangan ragu menjadikan takwa sebagai jalan menuju ridha Allah. Tidak saja hidup terbimbing tapi juga berkah. Menjadi muslim berwawasan global bukan berarti harus menanggalkan identitas keislaman. Hal ini bisa diterapkan dalam menyikapi larangan berjilbab di perkantoran.
Peggy berpesan, para muslimah memiliki pilihan hidup. Semua akan berpulang pada dirinya apakah akan menggadaikan kehormatannya dengan melepas jilbabnya atau tetap mempertahankannya dengan keyakinan Allah Maha Kaya.
“Kalau lebih memilih gaji dan akhirnya melepas jilbab, ya rezekinya cuma sampai gaji itu saja. Lain halnya kalau kita tetap mempertahankan kehormatan kita dengan berjilbab, maka akan datang rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka,” kata Duta Islamic Book Fair (IBF) 2014 itu.
Ia mencontohkan seperti pada bulan Ramadhan ini. Selama sebulan ini, jadwalnya padat dengan berbagai undangan mengenai syiar hijrahnya. Ada salah satu institusi yang bolak-balik menghubungi asistennya dan juga langsung pada Peggy baik melalui telepon atau email.
Pihak tersebut sangat berharap Peggy mau menjadi pembicara yang bercerita tentang proses hijrahnya. Sayangnya, pada jam dan waktu yang diinginkan, sudah terisi jadwal.
“Saya melihat kegigihan insitusi ini. Tapi saya nggak bisa berbuat apa-apa karena sudah ada amanah lainnya. Saya mohon pada Allah, jika memang dengan menjadi pembicara disana, sebagai jalan dakwah, maka saya minta untuk dipertemukan dengan mereka. Terserah Allah bagaimana caranya,”ulasnya.
Tidak disangka, beberapa hari kemudian, ada pihak lainnya yang membatalkan jadwal dengan Peggy di tanggal dan jam yang persis sama dengan permintaan institusi yang ingin sekali Peggy hadir.
“Saya nggak bilang saya sudah bertakwa. Tapi, ketika kita mencoba menyandarkan segala sesuatu pada aturan Allah, Dia pasti akan beri kita yang terbaik, yang berkah,”tutur perempuan yang baru saja meluncurkan program Amazing Muslimah, sebuah gerakan yang bercita-cita “membomingkan” Al Quran.*