Hidayatullah.com–Bertempat di Gedung KH. Sholeh Iskandar, Selasa, 9 Juni 2015 Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor menggelar Seminar Pendidikan yang bertajuk “Educational Issues and Challenges in The Muslim World”.
Hadir dalam acara tersebut, Rektor UIKA Dr. H. Ending Bahruddin, Wakil Ketua Dekan Pascasarjana UIKA, Hendri Tanjung, Ph.D, Pengawas Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun M. Rais Ahmad, MCL, serta puluhan peserta dan tamu undangan lainnya.
Pihak IIUM sendiri diwakili oleh sejumlah mahasiswa pascasarjana Educational Management and Leadership Kulliyyah of Education (KOED) IIUM yang didampingi Haris bin Yunus selaku ketua rombongan KOED. Mereka bergabung dalam Kulliyah of Education Postgraduate Students Association (KEPSA) IIUM.
Dalam sambutan, Ending Bahruddin mengingatkan, hendaknya umat Islam menyadari potensi besar yang dipunyai dalam mengatasi persoalan krisis pendidikan saat ini.
Menurut Ending, potensi besar yang dimaksud adalah keimanan yang kokoh kepada Allah Ta’ala. Sebab tak sedikit umat Islam mulai minder dengan ajaran agama sendiri.
Hal itu tampak, lanjut Ending, dengan kekaguman berlebihan terhadap kecanggihan teknologi manusia yang dikuasai oleh peradaban Barat.
“Berdiri sejajar pun rasanya sulit jika dibanding dengan peradaban Barat,” ungkap Ending menjelaskan.
“Ketika kita baru sampai pada posisi mereka, ternyata Barat sudah lari lagi ke depan. Demikian seterusnya,” imbuh Ending kembali.
Hal itu terjadi, masih menurut Endin, jika pendidikan Islam hanya mampu meniru dan ikut serta dengan apa yang sudah dilahirkan oleh peradaban Barat.
Padahal sejatinya umat Islam memiliki sebagai sumber ilmu segalanya, yaitu al-Qur’an dan keimanan kepada Allah. Lompatan besar jauh ke depan itu bisa terlaksana jika budaya ilmu menjadi tradisi positif dalam mengamalkan ilmu.
“Umat Islam harus berani melakukan lompatan ke depan. Sebab ilmu bagi umat Islam adalah bagian yang tak terpisahkan dari agama itu sendiri,” papar Ending.
Suasana akrab menghiasi seluruh rangkaian acara seminar. Hal itu diakui oleh Haris bin Yunus, saat tampil memberi sambutan selaku ketua delegasi KOED IIUM.
“Sejak pertama kali menginjakkan Indonesia, kami seolah merasa bukan di negeri lain. Sebab setiap saat kami mendapati senyum tulus dari saudara-saudara kami di sini,” terang Haris tersenyum.
Diskusi lalu dimulai dengan penyampaian makalah secara bergantian. UIKA diwakili oleh Dr Nirwan Syafrin (Islamization of Knowledge in Islamic Learning Institusionsin Indonesia: Prospects and Challenges), Kartika Nurhayati (Reviving the Spirit of Productivity in Muslims Through Entrepreneurship Education) dan Tuesty Septianty (Revitalization of Knowledge in Islam).
Sedang KOED IIUM diwakili oleh Muhammad Tofazzel Hossain (Educational Issues and Challenges in Muslim World), Abdul Aziz (Islamization of Knowledge and Educational Development: The Case of Bangladesh), Moussa Khaireh Soubagleh (Muhammad Abduh: A Pioneer of Muslim Modernism and Educational Reform), Zhao Junya (The Emergence of Homeschooling in Indonesia and Malaysia), dan Dayang Shuzaidah (Identifying Salient Issues in Information and Communication Technology Education in the Muslim World).*/Masykur Abu Jaulah