Oleh: Mahmud Budi Setiawan
Al-QURAN sebagai mukjizat dan manhaj(jalan hidup, way of life) menyimpan daya tarik yang begitu mengagumkan.
Coba bayangkan! Seorang pakar sya`ir Qurays sekaliber Walid bin al-Mughirah tak kuasa memungkiri keindahan bahasanya.
Orang-orang kafir, seketika sujud waktu mendengar nabi membacakan ayat sajadah. Jubair bin Muth`im merasa hatinya seakan terbang ketika mendengarkan senandung Al-Qur`an Nabi Muhammad. Bahkan penduduk Makkah mengerubungi rumah Abu Bakar ketika sedang shalat membaca Al-Qur`an. Tak jarang ada yang langsung jatuh cinta dan memeluk Islam ketika mendengar langsung ayat suci dibacakan. Sampai saat ini pun –hatta sampai kiamat- daya tarik Al-Quran tidak akan pudar.
Akibat daya tarik yang begitu besar, maka orang-orang kafir Qurays, –bahkan orang-orang kafir sepanjang zaman– selalu berusaha menghalangi orang untuk membaca al-Qur`an.
Dalam Al-Qur`an diceritakan:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
“Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.”(QS: Fusshilat: 26).
Pada ayat ini, ada dua langkah yang digunakan orang kafir dalam menghalangi daya tarik al-Qur`an:
Pertama, tidak mendengarkan al-Qur`an dengan sungguh-sungguh(main-main). Kedua, membuat hiruk-pikuk(Keributan, atau membuat isu miring) terhadapnya. Di sepanjang sejarah, dua cara tersebut cukup ampuh dalam menghalangi daya tarik al-Qur`an. Lalu bagaimana agar kita bisa meresakan daya tarik al-Qur`an?
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar kita bisa merasakan daya tarik al-Qur`an, di antaranya.
Pertama, membacanya dengan hati yang bersih
Allah berfirman:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”(QS: An-Nahl: 98).
Membaca isti`ādzah atau ta`awwudz (memohon perlindungan pada Allah dari syaitan yang terkutuk), adalah sebuah langkah jitu agar hati kita menjadi bersih. Ibarat cermin, selama kita tidak membersihkannya, maka cahaya Al-Qur`an tidak mampu dipantulkan secara sempurna.
Syeikh Muhammad Mutawalli al-Sya`rawi dalam tafsirnya, mengistilahkannya dengan tashfiyah jihāzu al-istiqbāl (membersihkan alat pemancar, seperti antena TV, atau receiver HP dan lain sebagainya)[Tafsīr al-Sya`rāwi, I/27].
Langkah pembersihan hati ini perlu dilakukan karena: syaitan (baik dari jin maupun manusia) akan senantiasa menghalang-halangi manusia mendapat petunjuk dari al-Qur`an dari berbagai arah dan bersifat konstan.
Al-Qur`an menggambarkan:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.”(QS. Al-A`raf: 16-17).
Di samping itu, Al-Qur`an tidak akan bisa dirasakan daya tariknya, melainkan orang yang suci(baik jasmani maupun rohani). Al-Qur`an menjelaskan: “Tidak menyentuhnya kecuali yang disucikan”(QS: Al-Wāqi`ah: 79).
Kedua, membaca ikhlas karena Allah
Tidak mengherankan jika pertama kali wahyu turun kepada Nabi Muhammad, ayat yang pertama kali turun ialah Surah al-`Alaq: 1-5. Di situ ada kalimat, ‘iqra` bismi rabbikal ladzi khalak’ (bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan). Jadi, orang yang membaca al-Qur`an bukan karena Allah, maka ia tidak akan mampu merasakan daya tariknya. Tidak aneh jika setiap Surah al-Qur`an –kecuali Surah At-Taubah- selalu diawali dengan bacaan basmallah. Seolah-olah mengandung pelajaran tersirat, bahwa: membaca al-Qur`an harus dengan nama Allah(karena Allah), bukan karena pamrih apa pun.
Ketiga, membaca dengan pemahaman
Orang yang ingin merasakan daya tariknya, harus memahami bahasanya. Mereka yang pertama kali, merasakan langsung daya tarik Al-Qur`an, adalah orang-orang Arab. Mereka dikenal dengan kepiawaiannya dalam hal sya`ir dan tata kebahasaan Arab. Dengan hati yang bersih, ditambah dengan pemahaman bahasa, dengan mudah mereka merasakan daya tariknya.
Setelah Umar bin Khattab membersihkan hatinya dari kebencian, dan disertai dengan pemahaman, maka ketika membaca Surah Thaha, akhirnya daya tarik Al-Qur`an bisa mengguncang sanubarinya. Apa yang dia pahami selama ini, ternyata keliru. Pemahamannya seketika berubah ketika al-Qur`an menyatakan: “Tidaklah aku menurunkan al-Qur`an ke padamu, supaya kamu menjadi celaka.”(QS. Thaha: 2). Baru ia sadar-melalui Al-Qur`an-, bahwa Islam bukan membuat orang celaka, tapi bahagia.
Keempat, membaca dengan pemikiran dan penelitian
Dengan sangat indah, al-Qur`an menjelaskan:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”(QS: Ali Imran: 190).
Orang yang membaca al-Qur`an disertai pemikiran dan penelitian, akan mampu merasakan daya tariknya. Tidak aneh jika para ilmuan baik masa lampau maupun masa kini, begitu tertarik dengan al-Qur`an karena mereka membaca al-Qur`an dengan pemikiran dan penelitian.
Dr. Morris Bukay misalnya, seorang dokter ahli bedah dari Prancis, sampai masuk Islam gara-gara informasi al-Qur`an mengenai jasad Fir`aun yang diselamatkan.
Kelima, membaca al-Qur`an dengan pengamalan
Dengan pengamalan, daya tariknya akan dirasakan. Al-Qur`an membuat metafor sindiran terhadap orang yang diberi kitab tapi tidak mengamalkannya:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”(QS: Al-Jumu`ah: 5).
Tiada memikul berarti tidak mengamalkan isinya. Keledai membawa kitab adalah gambaran konkrit tentang orang yang tidak akan merasakan daya tarik al-Qur`an, lantaran tidak mengamalkannya.
Akhirnya, supaya kita bisa merasakan daya tarik al-Qur`an, ada lima hal yang perlu dipersiapkan: Pertama, hati yang bersih. Kedua, ikhlas karena Allah. Ketiga, disertai pemahaman. Keempat, diiringi perenungan dan pemikiran. Kelima, diamalkan. Sudahkan Anda merasakan daya tariknya?
Semoga saat memasuki Ramadhan minggu depan, kita bisa merasakan nikmat dan daya tariknya.*
Penulis adalah alumni peserta Pendidikan Kaderisasi Ulama Universitas Darussalam Gontor