Hidayatullah.com–Usia terbaik manusia adalah usia yang senantiasa diisi dengan produktifitas dan berbagi manfaat. Pernyataan itu disampaikan Prof. KH. Didin Hafidhuddin dalam sambutan kegiatan launching 5 buku terbaru Adian Husaini yang digelar di Aula KH. Abdullah Siddiq, Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor Sabtu (26/12/2015).
“Kita doakan jika perlu, umur Adian dua kali 50 tahun dalam berbagi kebaikan. Panjang umur dalam kesehatan dan panjang umur dalam memberi manfaat,” ucap Kiai Didin sambil memuji produktifitas Adian dalam menulis buku.
Kiai Didin yang juga Dekan Program Pascasarjana UIKA menegaskan bahwa acara ini sebagai apresiasi kampus dalam menghidupan tradisi menulis. Kiai Didin berharap, selain menggencarkan dakwah bil kalam (dengan perkataan, red) dengan acara seminar, khutbah, ceramah, dan sebagainya, umat Islam juga tidak boleh meninggalkan dakwah bil qalam (dakwah melalui tulisan, red).
“Dakwah bil kalam ini cepat habis, apalagi jika pendengarnya juga mengantuk,” ujar mantan Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bercanda.
Menurut Kiai Didin, berbeda dengan dakwah bil qalam, biasanya usianya lebih panjang daripada usia penulis itu sendiri. Ia mencontohkan, meski Imam Syafi’i hanya berusia 54 tahun tapi hingga kini seolah Imam Syafi’i masih hidup di tengah umat Islam.
“Itu bisa terjadi karena Imam Syafi’i meninggalkan karya banyak dan bermanfaat buat manusia,” terang Kiai Didin kembali.
Diketahui, acara peluncuran lima buku terbaru Adian Husaini tersebut mengambil momen 50 tahun muhasabah perjalanan Adian Husaini yang menjadi satu buku khusus berjudul “50 Tahun Perjalanan Meraih Ilmu dan Bahagia”. Buku-buku terbaru lainnya adalah “10 Kuliah Agama Islam”, “Liberalisasi Islam di Indonesia”, “Kerukunan Beragama dan Kontroversi Penggunaan Kata ‘Allah’ dalam Agama Kristen”, serta “Mewujudkan Indonesia Adil dan Beradab”.
Untuk judul yang disebut terakhir, sedianya Adian Husaini akan mengadakan road show bertajuk bedah buku “Mewujudkan Indonesia Adil dan Beradab”. Rencana, road show akan bermula dari kota Surabaya tanggal 13 Januari 2016 dan terus berlanjut ke Bali, Jakarta, dan beberapa kota lainnya. “Untuk di Surabaya, Gus Sholah (Sholahuddin Wahid, pen.) sudah siap menjadi pembedah buku tersebut,” ungkap Adian memberi informasi.
Dalam kesempatan sama, Adian juga mengaku bersyukur bisa dipertemukan dengan para guru dan orang-orang yang selama ini telah berbuat baik kepadanya. Menurut Adian, yang terpenting itu adalah mendapatkan kebahagiaan hakiki dan menjalani kebahagiaan itu sesuai dengan keyakinan yang benar.
“Untuk itu kebahagiaan itu harus ditingkatkan dan tidak dinikmati sendiri begitu saja. Makna sa’adah adalah membangun diri dan keluarga yang bahagia. Bukan sekedar membangun bangsa secara fisik saja,” pungkas Adian.*/Masykur