Hidayatullah.com– Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, Habib Rizieq Shihab menilai, Aksi Bela Islam merupakan peluang bagi Presiden Joko Widodo berdiskusi dengan para ulama.
Dengan menemui para ulama dan habaib, kata Habib Rizieq, Presiden sangat berpeluang mendiskusikan berbagai persoalan bangsa dan NKRI saat ini.
“Sebetulnya Aksi Bela Islam yang lalu itu merupakan peluang emas untuk presiden (berdiskusi) dengan ulama dan habaib, tentang isu yang sangat prinsip, tentang NKRI, tentang hukum,” ungkapnya dilansir kantor berita Islam asosiasi JITU, Islamic News Agency (INA).
Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers terkait rencana Aksi Bela Islam III di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta, Jumat (18/11/2016).
Jokowi Dinilai Menistakan Ulama
Terkait sikap Jokowi yang terkesan menghindar saat Aksi Bela Islam II 4 November lalu, Habib Rizieq menyayangkannya. Ia menilai sikap itu menunjukkan Jokowi telah menistakan ulama.
“Kami sangat tersinggung dan kecewa oleh penistaan ulama yang dilakukan Presiden, tapi kami tetap pada tema kami “Bela Islam”. Ini penistaan terhadap ulama ini pelanggaran sangat serius,” ujar tegas.
Ditanya soal apakah ada undangan dari Presiden untuk bertemu dengan Habib Rizieq, ia mengatakan tidak ada.
“Tidak ada satu pun kontak Presiden mau bertemu atau berdialog,” tandasnya.
Konferensi pers juga dihadiri oleh Ketua GNPF MUI Bachtiar Natsir, Wakil Ketua Zaitun Rasmin, Koordinator Lapangan Munarman, serta beberpa perwakilan ormas baik Islam maupun nasional.* Ali Muhtadin/INA