Hidayatullah.com– Pada zaman Orde Baru (Orba), orang yang punya pandangan berbeda dengan Presiden saat itu, Soeharto, akan disebut sebagai orang yang anti dengan Pancasila.
Demikian disampaikan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menyikapi situasi kebangsaan terkini terkait isu-isu agama, bangsa, NKRI, dan Pancasila.
“Di zaman Soeharto, kalau orang berbeda pandangan dengan Soeharto dibilang anti Pancasilais,” ujar Zulkifli dalam rangkaian Rakornas Dakwah MUI yang acaranya berlangsung Senin-Rabu (08-10/05/2017) di kompleks TMII, Jakarta Timur.
Bagaimana di era reformasi?
Menyinggung situasi terkini di Indonesia, Zulkifli menekankan, jangan sampai orang yang beragama dengan baik malah dicap radikal dan anti Pancasila atau tidak Pancasilais.
“Itu yang repot,” ujarnya di depan Wakapolri Komjen Pol Syafruddin, para Pimpinan MUI, dan ratusan anggota MUI se-Indonesia.
Justru, jelas Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini, Pancasilais itu jika seseorang menjalankan agama secara baik. “Orang beragama dengan baik itu Pancasilais,” tegasnya.
Dan orang yang tidak Pancasilais itu, lanjutnya, mereka yang berperilaku melanggar norma-norma agama, seperti pelaku homoseksual.
“Laki-laki pacaran sama laki-laki… itu melanggar Pancasila,” ungkapnya.
Baca: Anggota DPR: Pembubaran HTI akan Menarik Jarum Sejarah Bangsa ke Masa Orde Baru
Selain itu, Ketua MPR juga mengungkapkan, persoalan bangsa saat ini terjadi karena Pancasila diterjemahkan oleh masing-masing pihak. “Yang bikin kita repot ini.”
Jangan sampai misalnya, mendukung Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, malah “dibilang anti Pancasilais,” ujarnya, atau dicap Islam radikal.
“Masa Ketua MPR yang pilih dukung Anies dibilang Islam radikal?!” ujarnya dengan nada berseloroh.
Oleh karena itu, Ketua MPR berpesan kepada segenap elemen bangsa, agar tidak lagi membenturkan antara agama dengan kebangsaan. Sebab dua hal ini tidak terpisahkan.
“Berhentilah mempertentangkan agama, politik, bangsa, dan NKRI. Itu satu kesatuan yang saling melengkapi,” tegasnya.
Sebaliknya, jangan sampai seseorang beratribut keagamaan atau beratribut apapun, tapi malah memaki-maki orang lain. “Itu yang bertentangan dengan Pancasila,” tandasnya.*