Hidayatullah.com– Gunung Agung Bali mengalami 17 kali menghembuskan asap bertekanan sedang berwarna putih dan kelabu dengan ketinggian 300 hingga 1.500 meter dari atas kawah, sejak pukul 00.01 WITA hingga pukul 12.00 WITA, kata Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gede Suantika.
“Sebanyak 17 kali hembusan asap ini juga terjadi satu kali letusan berwarna kelabu dengan ketinggian 500 hingga 2.000 meter di atas puncak kawah,” ujar I Gede Suantika di Posko Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Ahad (10/12/2017) lansir Antara.
Baca: Selain Logistik, Pengungsi Gunung Agung Bali juga Dapat Bantuan Spiritual
Dengan adanya aktivitas seperti ini, kata Suantika, mengindikasikan pengisian lava di dalam kawah juga mengalami perlambatan. “Kondisi aktivitas Gunung Agung baru dikatakan menurun apabila dilihat dari abu yang keluar. Kami juga masih memantau apakah ada suplai baru dari gempa yang terekam nanti,” ujarnya.
Untuk aktivitas kegempaan yang mendominasi saat ini adalah vulkanik dangkal sebanyak empat kali, yang berkaitan dengan kepulan abu yang terjadi satu kali pada dini hari tadi, dan gempa low frekuensi sebanyak tujuh kali dengan durasi 40 sampai 100 detik sejak pukul 00.01 WITA hingga pukul 12.00 WITA.
Suantika juga menerangkan, untuk mendeteksi adanya pergerakan magma biasanya ada timbul gempa tektonik lokal, namun saat ini masih sangat minim atau hanya terjadi satu hingga dua kali.
“Untuk menurunkan status Gunung Agung ini, kami akan melakukan pendataan kembali hingga satu minggu ke depan,” ujarnya.
Berdasarkan perekaman dari seismograf, jelas Suantika, aktivitas kegempaan Gunung Agung Bali masih didominasi gempa di permukaan, artinya belum ada terlihat suplai baru dari pipa magma.
“Abu yang keluar saat ini dari tekanan magma yang lama dengan kedalaman lima sampai 10 km,” ujarnya.
Ia menuturkan, pada minggu lalu sempat mengalami penurunan aktivitas Gunung Agung Bali pada 30 November 2017, namun tiba-tiba naik kembali pada 7-9 Desember 2017 dengan ditandai keluarnya abu vulkanik.
Baca: Ustadz Somad Ditolak Ormas di Bali, MUI Sangat Menyesalkan
Hingga saat ini, kondisi Gunung Agung Bali masih mengalami erupsi efusif, namun karakternya asap yang dikeluarkan dominan mengeluarkan uap air dibandingkan saat erupsi terjadi pada 25-29 November 2017 cenderung mengeluarkan abu dengan kabut tebal.
“Sedangkan saat ini jumlah abu yang dikeluarkan saat erupsi jauh lebih sedikit dibandingkan pada 25-29 November 2017 yang mengindikasikan aktivitas vulkanik mengalami penurunan,” ujarnya.
Pihaknya menegaskan, Sabtu (09/12/2017) kemarin abu yang dikeluarkan Gunung Agung Bali sangat sporadis dibandingkan saat erupsi pada 25-29 November 2017 yang mengeluarkan abu secara terus menerus dengan ketinggian abu mencapai 3.000 hingga 4.000 meter di atas kawah.
Baca: Bersama santri, PW Syabab Hidayatullah Kaltim Galang Dana Erupsi Gunung Agung
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Klungkung, mencatat jumlah pengungsi Gunung Agung Bali, di daerah itu mencapai 10.950 jiwa yang tersebar di 42 desa atau kelurahan, atau bertambah 3.131 jiwa dari 7.819 orang jiwa pada Kamis pekan ini.
“Para pengungsi asal Kabupaten Karangasem ini kami terima karena kediamannya berada di zona rawan bencana dan Pemkab Klungkung siap menerima kedatangan mereka,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Klungkung Putu Widiada.
Berdasarkan data terakhir semalam, Sabtu (09/12/2017), dari jumlah itu, di Kecamatan Klungkung ada 7.238 jiwa yang tersebar di 18 desa/kelurahan, Kecamatan Banjarangakan 1.433 orang yang tersebar di 13 desa, Posko GOR Swecapura 1,254 jiwa dan Kecamatan Dawan 1.025 orang tersebar di 11 desa.*
Baca: Bantu Pengungsi Gunung Agung Bali, HILMI-FPI dan PA 212 Gelontorkan 2,5 Ton Beras