Hidayatullah.com– Beberapa hari belakangan termasuk pada Selasa (18/09/2018) ini, khususnya di Jakarta dan sekitarnya terasa lebih panas dari biasanya, bahkan saat sudah sore masih terasa terik.
Walaupun sempat beberapa kali mengalami fase hujan yang deras, namun masih belum cukup mengimbangi panasnya matahari setelahnya.
Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG, Hary Tirto Djatmiko, hujan yang pertama lebat bukan berarti sudah memasuki musim penghujan.
Kalau di periode menjelang musim kemarau dan memasuki awal musim penghujan, dari sisi itu lebih dikenalnya adalah transisi yang diketahui dari hujan yang tidak merata dan tidak setiap hari, jadi menurutnya ini kondisi normal.
“Terkait kondisi musim saat ini memang seperti yang kami sampaikan di awal Maret lalu untuk tahun ini puncak kemarau itu Juli, Agustus, September dalam perkembangan kita di bulan September ini kita sudah mengeluarkan prediksi awal musim hujan kalau terlihat kondisi terakhir memang terasa beberapa wilayah masih kategori kemarau, salah satunya Jakarta,” jelasnya di dialog Pro3 RRI, pekan ini (11/09/2018).
Ia menambahkan, suhu udara yang saat ini cukup panas dan cukup terik karena suhu di perairan wilayah khususnya Jawa itu relatif lebih dingin, yang dampaknya awan yang ada tidak cukup banyak, sehingga radiasi matahari atau sinar matahari dilepaskan semuanya, tidak diserap bumi sehingga tidak membentuk awan karena kelembabannya relatif lebih rendah.
Ia meyakini, dengan suhu tinggi yang relatif cukup signifikan serta kelembabannya rendah dan anginnya cukup di atas rata-rata juga, maka kewaspadaan bahaya kebakaran terutama daerah Indonesia di sebelah selatan khatulistiwa yang terdeteksi beberapa titik panas, seperti beberapa daerah di Kalimantan, dan Jawa dengan hutannya.
Sementara itu pantauan hidayatullah.com, Selasa (18/09/2018), pepohonan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung di Depok, Jawa Barat, mulai meranggas akibat kemarau.
“Beberapa hari ini terasa begitu panas,” ungkap salah seorang ibu rumah tangga di Depok.*