Hidayatullah.com– Semalam, PBNU bersilaturahim ke kantor PP Muhammadiyah di Menteng, Jakarta. PP Muhammadiyah menjamu para pengurus PBNU dengan dua jenis makanan: nasi liwet Solo dan Arab di lantai dua.
“Tapi Arabnya yang sudah di-Nusantara-kan,” canda Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir usai makan-makan. “Memang nasi liwet penggemarnya banyak. Itu nasi makanan Nusantara. Tapi Nusantaranya berkemajuan.”
Haedar menuturkan, dalam silaturahim tadi mereka mengobrol-ngobrol santai, mendiskusikan bagaimana merekatkan kebersamaan tubuh bangsa di tengah suasana tahun politik, membangun kerja sama yang lebih aktif lagi antara Muhammadiyah dan NU, lalu menghadirkan umat yang wasathan (tengahan) dan berkemajuan membangun peradaban, serta berharap ada suasana kondusif dalam kehidupan kebangsaan.
Dalam silaturahim Rabu (31/10/2018) ini, kedua organisasi itu juga membuat pernyataan bersama.
Isinya, Muhammadiyah dan NU menyatakan berkomitmen kuat menegakkan keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan atas Pancasila sebagai bentuk dan sistem kenegaraan yang Islami.
Bersamaan dengan itu menguatkan dan memperluas kebersamaan dengan seluruh komponen bangsa dalam meneguhkan integrasi nasional dalam suasana yang damai, persaudaraan, dan saling berbagi untuk persatuan dan kemajuan bangsa.
Lalu, mendukung sistem demokrasi dan proses demokratisasi sebagai mekanisme politik kenegaraan dan seleksi kepemimpinan nasional yang dilaksanakan dengan profesional, konstitusional, adil, jujur, dan berkeadaban.
“Semua pihak agar mendukung proses demokrasi yang substantif serta bebas dari politik yang koruptif dan transaksional demi tegaknya kehidupan politik yang dijiwai nilai-nilai agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur Indonesia,” dibacakan Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini.
Baca: Pesan Silaturahim NU-Muhammadiyah: Tegaknya Hukum Instrumen Keadilan
Selanjutnya, NU dan Muhammadiyah ingin meningkatkan komunikasi dan kerja sama yang konstruktif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun masyarakat yang makmur baik material maupun spiritual, serta peran politik kebangsaan melalui program pendidikan, ekonomi, kebudayaan, dan bidang-bidang strategis lainnya.
Komunikasi dan kerja sama tersebut sebagai perwujudan ukhuwah keumatan dan kebangsaan yang produktif untuk kemajuan Indonesia.
Pada tahun politik ini, imbau mereka, semua pihak agar mengedepankan kearifan, kedamaian, toleransi, dan kebersamaan di tengah perbedaan pilihan politik.
Kontestasi politik ini diharapkan berlangsung damai, cerdas, dewasa, serta menjunjung tinggi keadaban serta kepentingan bangsa dan negara.
“Hindari sikap saling bermusuhan dan saling menjatuhkan yang dapat merugikan kehidupan bersama. Kami percaya rakyat dan para elite Indonesia makin cerdas, santun, dan dewasa dalam berpolitik,” dibacakan Sekum Muhammadiyah, Abdul Mu’ti sekaligus menutup.* Andi